"Aku tadi di kamar mandi," jelas Anya soal dia yang tiba-tiba muncul begitu saja di sana dan mengejutkanku.
"Ini pasti idenya Radit," aku melengos dan mengusap seluruh kepalaku frustasi. Itulah kenapa aku tidak ingin menjawab setiap orang yang bertanya apa yang terjadi padaku, mereka sama sekali tidak berniat untuk membantu sebaliknya mereka malah mempersulit.
"Apa yang terjadi?" Anya kembali bertanya, masih tak memahami situasinya atau mungkin tak ingin memercayai situasi itu.
"Mereka mengerjai kita. Kita ditinggalkan."
"Berdua saja?" Pertanyaannya itu membuatku berpaling untuk menatapnya, memangnya yang dia lihat ada orang lagi yang bersamaku selain dia?
"Kamu senang?" Tanyaku, Anya terdiam. Mata bulatnya menatapku lekat.
"Kamu jadi lebih dingin dari sebelumnya."
"Aku punya hak untuk menjadi dingin pada siapapun."
"Benar, tentu saja," Anya mengangguk-anggukan kepalanya, "sepertinya tidak sia-sia aku datang kemari," dia berbalik lebih dulu meninggalkanku setelah berucap seperti itu.
Lihat? Dia memang sengaja melakukannya, setelah membuatku menjauh, dia berkeliaran di sekitarku untuk menarikku mendekat. Sebenarnya apa yang dia rencanakan?
Anya berjalan ke arah meja makan dan melihat setumpuk makanan dan bekal yang sudah diletakan di sana, mulai melihat-lihat.
"Aku tidak sempat sarapan pagi ini, mau makan sesuatu?" Tanyanya, seakan bukan apa-apa. Dia bahkan paham apa yang sudah dia lakukan pada keluarga Mona bakal membuat orang lain menjauh darinya. Dia sendiri menyebutnya rencana jahat! Dia penuh tipu muslihat. Sekarang dia berbicara padaku seakan tidak terjadi apa-apa?
"Aku ada di atas selagi menunggu yang lain datang," ucapku, hendak melewatinya untuk naik ke atas.
"Seharian?" Anya bertanya dan menghentikanku. Dia menatap ke arahku, "kamu akan di atas seharian?" Setidaknya lebih baik dari pada harus bersamanya seharian, tetapi tidak aku katakan. Aku kembali berjalan dan menapaki tiga anak tangga dengan cepat. "Satria," dia memanggil lagi.
"Apa?" Tanyaku ketus padanya.
"Kamu... menerima pesanku?"
"Kamu mengirim pesan?"
"Aku harap kamu tidak menerimanya."
"Maksudmu melalui Naura? Apa kamu memberitahu adikku soal kita?" Tanyaku. Anya terdiam, dia menundukkan tatapannya yang tetiba berubah kaku. Itu artinya memang benar, dia menceritakan semuanya pada Naura.
"Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan."