Invisible Love

Natsume Risa
Chapter #1

Ramalan Cinta

Hembusan angin di musim semi meniup kelopak bunga sakura berwarna merah muda yang berguguran mewarnai berbagai sudut kota Tokyo hari ini. Pemandangan pohon sakura di sekitar stasiun pagi ini terlihat kontras dengan hiruk pikuk suasana stasiun yang mulai sibuk.

Tahun ajaran baru di Jepang telah dimulai. Stasiun yang biasanya hanya dipenuhi oleh para pekerja, hari ini juga dipenuhi oleh para pelajar yang mengambil jadwal keberangkatan kereta lebih awal untuk menghindari penumpukan penumpang pada jadwal berikutnya.

Rush hour – begitu istilah yang dipakai oleh orang-orang asing untuk menyebut fenomena ini. Sebuah fenomena dimana jumlah penumpang yang naik kereta melebihi kapasitas angkut kereta yang sebenarnya. Sebagian orang memilih tidak ingin terlibat dengan aksi saling dorong dan berdesakan yang sangat tidak nyaman itu. Lebih baik datang ke sekolah atau kantor lebih awal dan menunggu, daripada berada di antara kerumunan orang di tempat yang sempit, seperti gerbong kereta.

Hal itu juga yang dipikirkan oleh 2 pelajar perempuan yang dengan tergesa-gesa memasuki stasiun. Kereta telah tiba, dan hanya menunggu hitungan detik untuk berangkat kembali. Tidak ada yang menandingi ketepatan waktu kereta di negara ini. Dua pelajar perempuan tadi bergegas menuruni tangga menuju peron 1 sambil berlari sekuat tenaga.

“Pintu kereta akan segera ditutup”, terdengar suara pemberitahuan dari speaker di dalam kereta. Salah satu dari pelajar perempuan itu berhasil masuk lebih dulu.

“Nao! Cepat naik!”, teriak pelajar perempuan tadi dari dalam kereta, mendesak temannya yang masih di luar untuk segera masuk ke dalam kereta sebelum pintu otomatis benar-benar tertutup.

“Tunggu sebentar!”, Nao bergegas menaikkan satu kakinya, setengah badannya memasuki kereta, namun pintu otomatis mulai menutup. Oh, tidak, badannya akan terjepit! Bagaimana ini, pikir Nao.

Sebuah tangan muncul dari dalam kereta di sebelah kanan pintu otomatis dengan sigap menahan pintu otomatis agar tetap terbuka. Terlihat seorang pelajar laki-laki mengenakan vest berwarna merah dibalik seragam sekolah yang sama dengannya menahan pintu tersebut. Nao memanfaatkan kesempatan ini untuk segera melompat ke dalam kereta.

“Terima kasih!”, Nao membungkuk. Rambut pendek sebahu dengan poni depannya ikut membungkuk menutupi wajahnya. Namun, pemuda yang tadi menolongnya tidak mengucapkan apa-apa dan berjalan menjauh ke sudut gerbong. Nao menatap pemuda itu dengan pandangan aneh.

“Nao! Kau tidak apa-apa?” tanya gadis berambut panjang curly dengan twintail yang berdiri di samping Nao. Ia merasa khawatir padanya atas insiden yang baru terjadi.

“Ya, aku baik-baik saja, Hi-chan. Aku benar-benar gugup hari ini.. Aku bersyukur kita satu sekolah lagi”, sambung Nao sambil tersenyum.

Shizuhara Nao dan Anjou Hibiki adalah sahabat baik sejak SMP dan hari ini adalah hari pertama mereka menjadi murid SMA. Tidak disangka, walaupun pagi ini ada insiden hampir ketinggalan kereta, tapi karena berhasil ‘terselamatkan’, hari ini tetaplah hari yang baik, pikir Nao. Hubungannya dengan Hibiki, sahabat yang selalu ia panggil ‘Hi-chan’ sangatlah baik, mereka saling menjaga dan mendengar curahan hati satu sama lain. Nao bersyukur memiliki sahabat terbaik dalam hidupnya. Dan saat ini, dirinya tidak sabar untuk menjalani kehidupan yang lebih dewasa sebagai murid SMA.

***

Upacara penerimaan murid baru telah usai. Para senior dari kelas 2 dan 3 dari berbagai klub memenuhi seluruh area sekolah, mulai dari area depan gerbang sekolah, lapangan, koridor, maupun ruang kelas semua penuh dengan aktifitas promosi klub. Semua berlomba-lomba menarik perhatian murid-murid baru untuk masuk ke klub mereka. Mulai dari klub yang dianggap membosankan bagi sebagian orang, seperti klub pecinta misteri, klub igo (permainan catur Jepang), club karuta (permainan kartu Jepang dengan kata-kata kiasan), hingga klub olahraga yang populer seperti klub sepakbola, klub tenis, maupun klub basket yang selalu diminati setiap tahunnya.

Tidak seperti klub-klub kurang populer lainnya yang dengan susah payah membagikan brosur dan meluncurkan rayuan-rayuan manisnya, klub-klub besar ini cukup melakukan demo permainan unjuk kebolehan dengan suasana yang lebih santai di lapangan sekolah untuk menarik murid baru. Tentunya dengan bantuan para manager klub yang duduk manis di sisi lapangan dengan meja kecil dan kursi mereka, untuk membagikan formulir pendaftaran ‘hanya’ kepada mereka yang ingin bergabung.

Tentunya, klub-klub olahraga ini tidak hanya populer di kalangan murid laki-laki yang saat ini sedang mengantri untuk mengambil formulir pendaftaran, klub ini juga selalu menarik perhatian murid-murid perempuan, seperti yang terlihat di sisi lapangan basket saat ini. Terlihat kerumunan murid-murid perempuan kelas 1 yang mulai berkerumun untuk melihat aksi para anggota klub basket melakukan lay up shooting, yang menurut mereka sangat keren. Bagai terhipnotis, para gadis itu mulai melontarkan pujian-pujian dengan suara khas yang cukup bisa terdengar jelas oleh Nao dan Hibiki yang saat ini juga sedang mengantri untuk mendaftar klub basket di sisi lapangan. Hmm.. mungkin lebih tepatnya Hibiki yang mendaftar ditemani oleh Nao.

“Waahh.. ternyata permainan basket anak SMA terlihat jauh lebih keren, ya kan?” sahut Hibiki yang mulai teracuni. “Apa kau benar-benar tidak ingin bergabung di klub ini juga? Dengan pengalaman kita sebagai manager klub basket saat SMP, aku yakin pasti mereka akan menerima kita dengan senang hati.”

“Tidak, aku sudah tidak tertarik menjadi manager klub olahraga. Aku akan mencari klub lain yang lebih sesuai untukku”, jawab Nao. Sudah cukup pengalaman buruknya menjadi manager klub basket saat SMP. Ia sudah tidak mau melakukan pekerjaan yang melelahkan seperti pulang paling terakhir dalam setiap kegiatan klub untuk memastikan tekanan udara setiap bola yang dimiliki sudah layak pakai, atau disuruh mencuci handuk dan seragam semua anggota yang bau keringat. Dirinya bahkan tidak mengerti mengapa sahabatnya kini bersedia kembali bergabung dengan klub basket secara sukarela.

“Yahh.. sayang sekali.. padahal aku pikir kita akan berada di klub yang sama lagi. Lihatlah mereka, mungkin saja kita akan terlibat skandal cinta dengan salah satu dari kakak kelas keren yang sedang bermain di sana..”

Lihat selengkapnya