“Maaf ya, kau jadi menemaniku”, kata Nao. Ia merasa tidak enak karena telah membuat Mako menemaninya menunggu Hibiki sampai kegiatan klub basket selesai untuk pulang bersama. Mereka berdua duduk di anak tangga yang berjarak beberapa langkah dari lobi depan pintu masuk sekolah. Tentu saja alasannya menolak ajakan pulang bersama Ryusei tadi bukanlah bohong belaka. Rumahnya dan rumah Hibiki memang searah dan mereka biasa berangkat atau pulang bersama jika tidak ada kegiatan klub.
“Tidak apa-apa. Jangan dipikirkan. Lagipula aku juga ada teman di klub basket”, jawab Mako. Kepalanya menggeleng pelan sambil tersenyum. Lalu matanya kembali fokus pada buku literatur geografi yang ia baca sejak tadi.
Tidak lama kemudian, Hibiki keluar dari lobi menghampiri mereka dengan tergesa-gesa. Menyadari kedatangannya, Mako dan Nao pun berdiri.
“Maaf, ya, menunggu lama.” Hibiki membungkukkan badan dan memegang lututnya dengan napas yang terengah-engah kelelahan. Bagaimana tidak, begitu selesai kegiatan klub, ia langsung berlari ke tempat ini.
“Tidak apa-apa”, jawab Nao sambil tersenyum.
“Huaa.. Maafkan aku, Nao. Gara-gara tadi pagi aku menyuruhmu duduk di bangku cadangan, kau jadi seperti ini..” Hibiki merengek sambil memeluk Nao.
“Eh? Tidak apa-apa. Ini bukan salahmu, Hi-chan”, balas Nao sambil menenangkan Hibiki. Mako tertawa kecil melihat tingkah mereka.
Saat itu, Riku berjalan keluar dari lobi. Matanya dan Nao bertemu pandang untuk sesaat. Kemudian, pandangannya turun memperhatikan pergelangan kaki Nao yang diperban.
Nao melepaskan pelukan dari Hibiki dan melangkah sedikit ke arah Riku. Ia membungkukkan badannya sambil berkata dengan lantang, “Terima kasih!”
Namun, lagi-lagi Riku hanya berjalan melewati mereka dengan wajah yang datar seperti biasanya. Ia sama sekali tidak menghiraukan ucapan terima kasih dari Nao.
Pemandangan ini sama persis seperti saat upacara penerimaan murid baru. Ketika pagi itu Riku menolongnya saat hampir terjepit pintu otomatis kereta, ucapan terima kasihnya juga hanya mendapatkan balasan sosok punggung belakangnya yang dingin.
“Ah, kalau begitu aku juga pulang dulu, ya”, sahut Mako sambil melambaikan tangannya.
“Ya, bye-bye”, Nao dan Hibiki ikut melambaikan tangan mereka.
Mako berlari kecil menyusul Riku yang sudah berjalan di depannya sejak tadi. Namun, ia berjalan dengan tempo yang lebih lambat beberapa langkah di belakang Riku.
Melihat itu, Hibiki berbisik kepada Nao, “Hei, jangan-jangan mereka…”
“Baiklah, ayo kita juga pulang”, ajak Nao memutus perkataan Hibiki. Hal itu masih menjadi rahasia mereka, ‘kan? pikir Nao. Mereka tidak ingin orang lain mengetahui hubungan mereka, makanya bahkan mereka tidak berjalan berdampingan seperti pasangan pada umumnya.
***
Semakin mendekati hari berlangsungnya festival olahraga yang diadakan minggu depan, semua murid semakin giat berlatih dengan antusisme yang tinggi. Hari ini merupakan hari pertama Nao latihan berlari bersama klub jurnalis. Ia berlari pada putaran keempat dengan kecepatan maksimalnya. Tinggal beberapa meter lagi! pikirnya. Ryusei sudah menunggunya di sana dengan kuda-kuda sambil merentangkan tangannya untuk menerima tongkat estafet.
“Ayo, Shizuhara!”
“Sedikit lagi!”
Terdengar teriakan kata-kata semangat dari ketua dan teman-teman klub jurnalis lainnya. Akhirnya Nao berhasil menyerahkan tongkat estafet kepada Ryusei. Ryusei pun segera berlari untuk putaran terakhir.
“1 menit pas!” seru Saki sambil menekan tombol stopwatch-nya.
“Yeeey!” Mako memeluk Nao dengan girang. Nao yang juga sangat gembira dengan perolehan kecepatan berlarinya, membalas pelukan dari Mako dengan wajah berseri-seri.
“Kau tidak mengecewakanku, Shizuhara”, sambung ketua diikuti sorak heboh dari anggota lainnya yang berkumpul mengelilingi Nao. Untuk sesaat mereka seperti melupakan Ryusei yang masih berlari menuju garis finish.
“57,79 detik!” Saki kembali menyerukan perolehan waktu berlari untuk Ryusei. Walaupun hanya nol koma sepersekian detik, rupanya latihan selama ini mulai membuahkan hasil. Tentunya hal ini juga terjadi pada anggota lainnya yang sudah berlatih selama berminggu-minggu. Semua anggota kini bersorak untuk peningkatan Ryusei.
“Masih ada seminggu lagi! Semuanya semangat berlari untuk masa depan klub jurnalis!”