“Aku minta maaf atas kejadian kemarin!” Shohei membungkukkan badannya 90 derajat menghadap Mako. Rambut pirangnya kini terlihat sangat mencolok terkena sinar matahari yang mengintip dari celah-celah dedaunan pohon di atasnya.
“Seharusnya kau bukan minta maaf padaku”, balas Mako singkat.
Shohei pun mengangkat kepalanya. “Tapi..”
“Aku tahu kau sengaja melakukan hal itu untukku. Aku tidak bisa menyalahkanmu. Tetapi, pada kenyataannya aku memang bukanlah orang yang pandai mengeluarkan isi hati ataupun emosi kepada orang lain. Kau bisa lihat sendiri, seperti inilah wajahku. Mungkin karena itulah aku tidak menarik.”
Mako membenarkan posisi kacamatanya sambil berlalu pergi dari halaman belakang sekolah. Seperti prinsip yang selalu ia jaga, dirinya tidak ingin terlihat bersama laki-laki lain–selain Nanamiya—oleh murid-murid lainnya dan membuat rumor apapun yang akan membuat Nanamiya salah paham tentang dirinya. Lebih baik ia menggunakan jam istirahat siang ini untuk merangkum materi dalam mempersiapkan ujian semester pekan depan.
***
KRIIT
Nao membuka tuas pintu darurat menuju ke atap sekolah. Sambil membawa botak bekal makan siangnya dibungkus kain berwarna abu-abu, ia berjalan dan duduk di ujung atap dengan kedua kakinya sebagai tumpuan. Saat ini, ia lebih memilih duduk santai di lantai beralaskan semen sambil menghadap pagar besi, memandang langit biru, dan menikmati bekal makan siangnya. Perlahan ia membuka lipatan kain pada bekal makan siangnya yang justru ia letakkan di bangku panjang di depannya sebagai pengganti meja, lalu melahap sebuah karaage* dengan sumpitnya.
Sambil mengunyah karaage di dalam mulutnya, Nao kembali teringat tentang perkataan Hibiki kemarin setelah pulang dari café Let It Be dengan terburu-buru. Akhirnya ia jujur menceritakan tentang pertemuan diam-diamnya dengan Nanamiya di café itu, juga tentang Nanamiya yang ternyata adalah orang yang selama ini disukai oleh Mako. Kini semua pertanyaan tentang Mako yang mengganjal dalam pikirannya telah terjawab. Sebagai teman, ia sangat ingin mendoakan mereka bahagia bersama orang yang disukai. Tetapi, ia bahkan tidak bisa berkomentar apapun karena ternyata orang yang mereka sukai adalah orang yang sama. Ia tidak bisa berpihak kepada salah satu dari mereka. Tiba-tiba sekelilingnya menjadi sangat kacau, tepat menjelang ujian semester sebelum liburan musim panas. Kepalanya menjadi sakit ketika memikirkan semua hal itu secara bersamaan.
“Aaarghh!!!”
Nao meletakkan sumpitnya, lalu mengguling-gulingkan badannya di lantai.
KLIK
Nao berhenti berguling ketika mendengar suara sesuatu. Saat mengangkat kepalanya, ia melihat Riku yang berdiri beberapa langkah darinya sambil mengarahkan smartphone kepada Nao.
“Mengapa kau ada di sini? Tunggu, apa yang kau foto?”
“Kau sedang berguling”, laki-laki itu menunjukkan hasil jepretan foto Nao pada layar smartphone-nya.
“Eh?!”
Nao segera bangkit dan berusaha merebut smartphone itu dari tangan Riku yang diangkat tinggi-tinggi. Namun, karena tubuhnya lebih pendek, ia sama sekali tidak bisa meraihnya walaupun sudah melompat-lompat.
Di saat bersamaan, ia kembali teringat saat hari upacara penerimaan murid baru. Waktu itu, Ryusei pun memotret wajahnya dengan kameranya. Itu adalah pertemuan pertamanya dengan kakak kelas yang sangat ia sukai.
Nao berhenti melompat dan tenggelam dalam pikirannya. Seiring waktu berjalan, ia pikir bisa dengan mudah melupakan Ryusei, namun mengapa ingatannya harus kembali muncul saat ini?
“Hm? Kau sudah menyerah?”
“Mengapa kau memotretku?”
“Sebentar lagi liburan musim panas, kan? Kita tidak akan bertemu selama beberapa waktu.”
Kedua matanya kini menatap lurus kepada Riku. Liburan musim panas memang adalah liburan sekolah terpanjang setiap tahunnya. Jika liburan musim dingin dan musim semi hanya berlangsung selama 2 minggu, liburan musim panas berlangsung selama kurang lebih 1 bulan lamanya. Namun sebelum itu, tentu saja selalu ada ujian. Lagi-lagi kepalanya sakit memikirkan hal itu.
“Ahh.. liburan musim panas, ya..” Nao menghembuskan napasnya lesu, kemudian berjalan kembali menuju bekal makan siangnya yang terlupakan sejenak.
“Mengapa kau tidak makan siang bersama teman-temanmu?” tanya Riku sambil berjongkok di sebelah Nao.