Rambut setengah basah yang acak-acakan, lengkap dengan celana berwarna beige selutut dan kaos oblong abu-abunya yang agak lembab, Riku berjalan keluar dari kamar mandi sambil menggosok-gosok rambut dengan handuk di lehernya. Wangi shampoo yang lembut nan dewasa mengiringi langkahnya menuju meja di ruang tengah.
Suara gelak tawa dari acara komedi di televisi terasa menyatu dengan tawa dari kedua orangtuanya yang menikmati acara tersebut sambil minum sake* di meja.
“Riku, coba kau hubungi Mako. Dia belum pulang”, perintah ibunya ketika menyadari kedatangan Riku.
“Ya.” Ia mengambil smartphone-nya dari atas rak meja di sudut ruangan dan mengeceknya sejenak. Tangannya belum berhenti menggosok rambut basahnya dengan handuk.
Terdapat 1 panggilan tak terjawab dari Mako sekitar setengah jam yang lalu. Tumben sekali. Ada apa? Ia menatap jam digital di atas layar smartphone-nya. Sudah pukul 8 malam lewat.
KRIETT
Terdengar bunyi pagar besi rumahnya dari luar yang terbuka. Riku pun berjalan ke ruang depan untuk melihat siapa yang datang. Mako membuka pintu rumah lalu melepas sepatunya di genkan*.
“Maaf, aku tidak bisa menjawab panggilan darimu karena sedang mandi. Apa kau membutuhkan sesuatu?” tanya Riku.
Mako terdiam sejenak. “Tidak apa-apa. Maaf, tadi aku sedang buru-buru dan tidak sengaja menekan panggilan.”
“Begitu? Baiklah kalau tidak ada apa-apa. Ibuku sudah menyisakan makan malam untukmu. Kau bisa memanaskannya.” Riku membalikkan badannya. Namun, langkahnya terhenti. “Kau masih ingat anjuran sensei* tentang pulang sebelum gelap, ‘kan? Demi keselamatanmu.”
Mako mengangguk, “Ya..”
Riku berjalan menuju tangga untuk kembali ke kamarnya.
*Sake : arak Jepang
*Genkan : area pintu masuk untuk penghuni maupun tamu melepas sepatu/sandal
*Sensei : guru
***
Cuaca siang hari di musim panas ini begitu terik. Minimnya angin yang berhembus membuat musim ini menjadi musim yang kering dimana pendingin udara sangat dibutuhkan. Dengan begitu, suhu di dalam ruangan akan menjadi lebih sejuk dan lembab walaupun cuaca di luar begitu terik.
Di kamar yang terletak di lantai 2, Nao bersenandung kecil di kursi menghadap meja belajarnya. Ia sibuk menuliskan rencana liburannya selama musim panas di buku agenda.
“Selesaaiii!” seru Nao sambil mengangkat buku tersebut. Tidak sengaja ia menyenggol penghapus di pinggir meja dan jatuh terguling ke bawah tanpa ia sadari.
Tulisan pensil serta beberapa gambar lucu menghiasi lembar buku agendanya, sementara pulpen warna-warni membentuk kotak-kotak tanggal dengan rapi. Dia sudah merencanakan liburannya dengan baik.
DRTT DRTTT
Nao menengok ke arah smartphone-nya yang bergetar di atas meja. Dari Hibiki. Ia pun meletakkan buku agendanya kembali dan segera mengangkat panggilan tersebut.
“Halo?”
“Halo. Nao, apa kau minggu ini ada waktu?”
“Ehm.. aku baru saja memasukkan jadwal liburanku untuk minggu ini di buku agenda.”
“Begitu, ya? Hmm.. bagaimana, ya..? Apa jadwalmu mendesak?”
“Tidak terlalu. Bukankah minggu ini kau ada acara menginap di sekolah dengan klub basket?”
“Benar sekali. Sebenarnya aku menghubungimu untuk itu. Yukimura-san baru saja menghubungiku memberitahukan bahwa dia tidak bisa ikut acara menginap karena ayahnya sedang dirawat di rumah sakit, jadi dia harus menjaganya. Aku akan kesulitan untuk menyiapkan banyak hal untuk seluruh anggota dalam satu waktu. Apakah aku bisa minta tolong padamu untuk membantuku?”
“Eh?”
“Aku hanya bisa minta tolong padamu karena walaupun kau tidak suka, tetapi setidaknya kau memiliki pengalaman saat SMP yang bisa membantuku untuk mengurus tim basket selama acara menginap.”
“Tapi..”
“Aku mohon.. Hanya untuk acara menginap kali ini saja. Kami akan bertanding saat musim gugur, jadi acara menginap ini menjadi agenda latihan yang penting untuk meningkatkan performa bermain mereka. Aku membutuhkanmu.”
Nao terdiam sejenak sebelum memberikan jawaban, “..baiklah.”
“Terima kasih, Nao! Ini seperti melepar batu, 2 burung tertangkap. Bukankah kau juga jadi mendapatkan bahasan untuk artikel klub jurnalis?”
Itu adalah ide cemerlang. Selama ini gerakan klub jurnalis sedikit terhambat karena banyak klub yang tidak mau terbuka secara transparan tentang kegiatan mereka. Sementara kali ini, ia bisa mendapatkan informasi yang dibutuhkan tentang kegiatan persiapan klub basket menjelang pertandingan musim gugur secara utuh. Ini benar-benar kesempatan yang baik.
“Kalau begitu, sampai jumpa minggu pagi.” Hibiki menutup panggilannya.
Nao menatap buku agenda di depannya yang baru saja ia selesaikan.
“Sekarang aku harus merubahnya lagi..”, gumamnya sambil mencari penghapus di sekitar meja belajarnya. Namun, ia tidak menemukannya. Mungkin di tempat pensil? Tidak ada juga.
Miaww
Goemon—kucing Nao dengan ras munchkin berwarna abu-abu—memainkan penghapus dengan kaki-kaki pendeknya di bawah kursi.
“Ternyata di sini..”
Nao mengambil kembali penghapusnya. Kertas merk yang membalut badan penghapus tersebut terlihat agak lusuh dan sedikit bergeser ke bawah akibat dimainkan oleh Goemon. Ia melihat sebuah potongan kertas putih kecil yang terselip di antara kertas merk dengan badan penghapus. Sepertinya ia tidak pernah menyelipkan kertas di tempat seperti ini. Nao menarik potongan kertas tersebut dan membuka lipatannya.