Iqro

Xie Nur
Chapter #15

Mari Mencari Cinta

Rak Ke-15

Dari arah luar sudah terdengar tawa riuh sebelum pintu kaca ikutan menjerit-jerit berdentang. Teman-teman Ibu datang lagi. Padahal sekarang sudah jam delapan malam. Mengganggu orang mau tidur saja. Gerutuku.

“Hai-hai...” sapa Tante Vittra melenggok centil.

“Kalian dari mana?” sambut Ibu. “Tumben barengan.”

“Sengaja ke sini.” sahut Tante Desti. “Mau mengajak kamu makan-makan di luar.”

“Aku baru saja selesai makan.”

Sementara itu Tante Vittra sudah hinggap ke salah satu rak buku non fiksi bertema cinta dan wanita.

“Nah, ini dia!” serunya bersemangat. “Tips 30 hari mencari cinta.”

“Bagus juga tuh! Coba kamu baca yang keras,” perintah Tante Desti.

“Bisa jontor mulutku harus baca satu buku,” kata Tante Vittra sambil memanyunkan mulutnya.

“Intinya saja kali.”

Tante Vittra sempat bersungut sebelum membaca inti dari tahapan mencari cinta. Sesekali Ibu dan Tante Desti berkomentar jika ada cara yang menggelitik atau yang justru pas dan bisa diterapkan oleh mereka.

“Tahapan hari pertama sampai keenam sepertinya cocok buat Nove,” kata Tante Vittra setelah pembacaan bersuara. “Kamu harus siapkan diri, berpikir positif tentang diri, lebih banyak mengenal dunia luar jangan hanya berada dalam perpus saja. Makanya malam ini kami ingin mengajakmu keluar.”

“Tanpa keluar, aku sudah sering bertemu banyak orang lho,” balas Ibu.

“Nah, hari ketujuh buat introspeksi kamu Vit,” timpal Tante Desti yang telah berhasil menguasai buku. “Mengubah Pola Hubungan Cinta. Misal, sering berganti-ganti pacar.” Tunjuk Tante Desti ke hidung Tante Vittra. “Itu harus diubah!”

“Kamu sendiri gimana? Kamu itu terlalu kritis. Kamu juga selalu pesimis jika ada yang mau mendekati kamu,” balas Tante Vittra tidak mau kalah.

“Aku memilih yang terbaik. Aku tak mau terjebak pria tidak baik,” dalih Tante Desti.

“Itu semua harus diubah juga! You Know?” Tante Vittra mendebat lagi.

“Tapi langkahku sudah sampai pada hari ke-17. Tetapkan Aturan-Aturan Anda. Harus ada patokan mencari pacar,” bantah Tante Desti.

“Nyatanya, kamu selalu merasa tidak cocok sama mereka.”

Tante Desti meringis.

“Gimana kalau kita langsung melangkah ke tahap 18. Bertemu Orang?” tawar Tante Vittra. “Sarannya di sini agak kurang masuk buat kita. Tapi kita bisa pakai rubrik jodoh, via internet?”

“Tambah sulit mengerti sifat asli mereka,” tanggap Tante Desti.

“Yah, kita mencari lalu ajak ketemuan dong!” usul Tante Vittra.

“Boleh dicoba.” Tante Desti tersenyum setuju. Tumben mereka kompak.

Ibu angkat tangan ketika mata kedua temannya menghunus ke arahnya. “Aku tidak ikutan.”

“Kenapa?” tanya Tante Desti dan Vittra hampir bersamaan.

“Kalian saja.” Ibu tersenyum. Dan aku senang Ibu tidak ikutan genit seperti kedua tante itu. Biar saja Ibu tetap sendiri begini, sehingga konsentrasinya tidak terpecah antara aku dan pacar.

“Payah ah!” komen Tante Vittra.

“Kamu mau menjomblo seumur hidup?” tuding Tante Desti.

Ibu menggeleng. “Aku sih, inginnya cari suami bukan pacar lagi. Makanya cari di tempat yang serius.”

Aku bertepuk tangan untuk Ibu. Aku tidak mau Ibu terlibat cinta tak jelas yang katanya bisa mengundang dosa.

“Maksudnya?” jengit Tante Vittra.

Lihat selengkapnya