Iqro

Xie Nur
Chapter #17

Dokter Chef

Rak Ke-17

“Saya terkesan dengan Tessho, meski awalnya tidak terpikir menjadi dokter pada akhirnya dia malah menjadi seorang dokter yang hebat,” kata Kak Bianca si nomor 123.

Bicara tentang Tessho Iwashiro, aku langsung teringat pada dokter hewan nyentrik yang selalu berhasil menyembuhkan pasiennya. Dari penampilan yang urakan, rambut dicat pirang, pakai anting dan hal ikonik berupa kacamata selam di kepala, pasti tidak ada yang menyangka kalau dia seorang dokter.

Aku suka sekali sama Kak Tessho ini, meski tidak terlalu pintar seperti dokter Tsukasa Ryoto yang cerdas tetapi malas. Tessho memiliki etos kerja, semangat menyelamatkan nyawa pasien yang notabene hanya hewan patut diacungi jempol sepuluh.

“Semua berawal dari cinta. Segala sesuatu jika dilandasi cinta pasti akan terasa indah dan menyenangkan.”

“Masa, sih, Mbak?”

“Bisa terlihat bagaimana Tessho begitu sayang dan peduli pada binatang. Sampai kadang dia tidak peduli dengan dirinya sendiri, meski itu tidak boleh. Maksudnya kita harus tetap memperhatikan nyawa sendiri. Bahkan dalam beribadah pun kita harus mendahulukan diri sendiri.”

“Saya banyak belajar darinya. Mencoba mencintai dunia tempat sekarang saya berada.” Mata Kak Bianca mengembara.

“Bagus itu. Tetap semangat! Ganbatte!” seru Ibu sambil mengangkat tangan terkepal setinggi kepala. “Memangnya dunia macam apa yang kamu tinggali?”

“Seperti Tessho, seperti Dokter Koto, Nurse Diary, Nurse Aoi.” Desah Kak Bianca.

“Kuliah bidang kesehatan?” Ibu langsung menebak dari lontaran kata kunci yang Kak Bianca berikan.

“Kedokteran, setelah ini saya disuruh ambil spesialis kandungan.”

“Oh, senang ya bisa kuliah kedokteran. Cuma yang pintar yang bisa masuk sana.”

“Sekarang sih, asal ada duit bisa masuk fakultas kedokteran,” ucapnya acuh tak acuh.

“Oh ya?”

“Ada teman yang mengakui itu.”

“Tapi kamu masuk karena lulus ujian, kan?” tanya Ibu ragu-ragu.

“Alhamdulillah. Mungkin gen-nya memang tercipta untuk bisa masuk ke sana. Maaf, saya mau menyombongkan diri sedikit. Keluarga saya keluarga dokter. Ayah saya dokter spesialis jantung, ibu dokter gigi, saudara-saudara juga kebanyakan dokter. Makanya saya dipaksa masuk kedokteran dan mengambil spesialis kandungan. Hanya itu yang belum ada di rumah sakit Kakek yang seorang dokter bedah terkenal. Beliau ingin rumah sakitnya diisi oleh anak cucunya sendiri. Memonopoli sekali ya?” Sejumput senyum satir tertampil.

“Keren juga. Ehm, ada saudara yang masih single?” tanya Ibu sambil tertawa dengan menutupi mulutnya.

“Ada Mbak, mau saya kenalkan?”

“Becanda. Saya menyerah saja. Saya pasti bukan level keluarga kamu.”

“Mungkin ada benarnya juga, mereka seolah hanya menghalalkan profesi dokter yang menikahi salah satu kerabat.”

“Tuh, kan?”

Lihat selengkapnya