Iqro

Xie Nur
Chapter #28

Lovebird Berdarah

Rak Ke-28

Setahuku burung ini adalah burung monogami. Burung dari Afrika ini selalu setia pada pasangannya. Jika salah satu mati si pasangan akan ikut mati. Seorang pemelihara burung lovebird telah membuktikan hal tersebut.

Awalnya dia amat kesulitan saat menjodohkan burung lovebird jantannya. Tetapi setelah menemukan burung yang mungkin dirasa belahan jiwa, keduanya seakan tidak mau terpisahkan. Menurut Kak Teo, dia sudah berusaha merawat burungnya dengan baik, entah karena apa tiba-tiba lovebird betina sakit kemudian mati. Dan yang terjadi kemudian burung jantan lovebird tampak lesu tidak bergerak lincah seperti biasa, bulunya tiba-tiba rontok semua, tak lama dia pun menyusul pasangannya.

Melihat pasangan Kak Eri dan Kak Seto seperti melihat gambaran burung lovebird. Di mana ada Kak Seto di situ ada Kak Eri, mereka berdua selalu datang berdua ke perpustakaan dan kompak membaca bersama di ruang baca.

Komik kegemaran mereka pun sama. Komik silat semacam Ruler of The Land, Kung Fu Boy, Demon King dan sejenisnya. Jika mereka membaca komik dari awal, biasanya Kak Seto dulu yang menandaskan lembaran bukunya, baru kemudian dia berikan pada Kak Eri yang setia menunggu sambil membaca komik lain. Indah sekali. Sayang status mereka masih pacaran.

“Sudah berapa lama kalian pacaran?” tanya Ibu yang penasaran sebagaimana aku.

“Hampir empat tahun,” sahut Kak Eri yang kemudian menatap Kak Seto dengan pancaran hangat penuh makna.

“Berarti sejak kalian masuk kuliah ya?”

“Iya, Mbak. Kami ketemu pas ospek. Kami beda jurusan lho,” timpal Kak Seto.

“Saya kira kalian satu kelas.”

“Enggak,” sahut keduanya hampir bersamaan.

“Berarti sekarang sedang mengerjakan skripsi?”

“Saya tinggal menunggu wisuda Mbak,” kata Kak Eri. “Dia nih, yang mau jadi mahasiswa abadi.”

“Ya elah, aku kan sibuk ngurusi skripsimu.”

“Tanpa bantuanmu juga bisa.” Bibir Kak Eri meleyot ke kanan dan kiri.

“Masa? Yakin mau jalan penelitian sendiri? Dulu siapa yang merengek minta antar ke sana kemari dan mengancam dengan mogok makan?”

Kak Erim menjadi cemberut. Sebuah cubitan melayang ke tangan Kak Seto yang mengaum kesakitan. Selanjutnya pertengkaran sepasang kekasih terjadi di depan Ibu.

“Sudah, sudah.” lerai Ibu.

“Dia tuh, tidak pengertian.” tuding Kak Eri seperti murid yang minta perlindungan dari gurunya.

“Kurang pengertian gimana coba Mbak, dulu waktu masih aktif kuliah saya antar jemput tiap hari. Sudah begitu, masih aja ada yang salah atau kurang. Sabar, sabar!” Kak Seto mengelus dada.

“Aa, berisik ah!” Kak Eri membungkam mulut Kak Seto. “Jangan dengerin Mbak! Eh, Kungfu Boy Legend belum keluar lagi ya?”

“Sama kayak Ruler of The Land, bisa setahun sekali baru terbit,” jawab Ibu.

“Lama banget ih, bisa keburu nggak di sini lagi.” Kak Eri masih mencoba mendominasi.

“Memang kamu mau ke mana?” tanya Kak Seto ingin tahu bisakah pasangannya itu terbang tanpa dirinya.

“Cari kerja lah, yang pasti tidak di sini.” tandas Kak Eri.

“Kita buktikan aja kata-katanya Mbak,”

“Maksudnya?” jengit Kak Eri.

“Mana bisa kamu hidup tanpa Seto.”

“Bisa!”

“Kalau begitu, besok datang ke sini sendiri. Aku mau urusi skripsiku.”

“Boleh. Nantang nih?”

Tiba-tiba Ibu tertawa keras. Membuat sepasang lovebird unik ini memandang Ibu serentak.

“Ada apa Mbak?”

“Kalian ini lucu sekali. Kayak Tom dan Jerry. Tapi lain waktu seperti seperti sepasang merpati.”

“Pacaran tanpa ada pertengkaran terasa basi.” dalih Kak Eri.

“Kalian tahu sisi positif dari pacaran?” tanya Ibu.

Lihat selengkapnya