Iqro

Xie Nur
Chapter #29

Prahara Tante Desti

Rak Ke-29

Wajah lelah senja tersirat pada tubuh Tante Desti yang langsung masuk kamar Ibu. Dia mengatakan ingin ikut tidur sebentar. Kami berdua mencoba memahami tidak akan mengganggu dengan kembali ke aktivitas masing-masing. Ibu dengan laptopnya aku dengan buku-buku di rak.

Menjelang Magrib Tante Desti masih tenggelam dalam dunia mimpi. Terpaksa Ibu membangunkan agar Tante Desti tidak ketinggalan salat. Menggeliat enggan dia menegakkan tubuh. Melihat sekitar lalu merebahkan tubuh kembali.

“Mandi dulu Des, setelah itu salat magrib bareng,” perintah Ibu.

Lenguhan panjang terdengar. “Aku lagi males, Ve. Kamu aja.”

“Ayolah!” rayu Ibu. “Setelah ini percaya deh, kamu bisa lebih fresh.”

Tanpa ekspresi Tante Desti meraih handuk yang sudah Ibu siapkan. “Tapi aku tidak bawa baju ganti,” ucapnya melongok dari arah kamar mandi.

“Pakai bajuku.”

Enggan mencari alasan lain, Tante Desti sudah menutup pintu dan segera terdengar suara air menghujan. Tiga puluh menit kemudian keduanya telah syahdu dalam lantunan doa-doa.

“Mungkin besok hari terakhir aku bekerja di Omega.” kata Tante Desti sambil bersandar di ranjang masih menggunakan mukena.

“Kenapa?”

“Kemarin malam ada yang membobol brankas. Pak Wiro satpam yang bertugas malam itu sudah langsung dibebastugaskan. Padahal dia juga korban. Beruntung pencuri tidak melukainya hanya mengikat dan memasukkannya dalam lemari arsip. Besok tinggal eksekusi bagiku.”

“Apa tidak cukup hanya dengan bertanggungjawab mengganti uang yang hilang?” Ibu mengemukakan kemungkinan yang lebih manusiawi dari pada PHK langsung.

“Mereka curiga ada kerjasama orang dalam dengan pembobolan brankas.” desah Tante Desti sambil memakai kacamatanya.

“Pimpinanmu terlalu parno,” tuduh Ibu langsung.

“Bisa iya, bisa tidak,” komentar Tante Desti mengambang.

“Seharusnya kamu protes, jangan diam saja kalau itu benar.”

“Malas. Biar aja, lagipula aku juga lelah bekerja di sana.”

“Baiklah, yuk keluar cari makan,” ajak Ibu melepas mukena melipat lalu menaruhnya dalam kotak khusus alat salat.

Keduanya lalu keluar perpustakaan meyongsong gelap yang mulai merayap. Mendengar cerita Tante Desti aku jadi kasihan padanya. Pasti sedih ya, dituduh tanpa dasar dan bukti. Seenak hati memvonis bersalah, lalu tanpa basa-basi mendepak keluar.

Malam ini Tante Desti menginap di Perpustakaan Iqro. Pagi setelah salat Subuh dia langsung meluncur pulang ke kosnya untuk bersiap berangkat bekerja. Sementara Ibu sudah sibuk menyirami tanaman milik Tante Gita.

Hari ini banyak pelanggan yang datang ingin meminjam novel Spring In London, karya Ilana Tan. Novel keempat dari Tetralogi Empat Musim. Novel pertama bertema musim panas dengan judul Summer In Seoul, berlanjut Autumn In Paris, dan Winter In Tokyo menjadi buku ketiga.

Ibu berkali-kali bilang agar para pencari buku itu bersabar, karena memang buku hanya satu dan harus menunggu hingga anggota lain yang meminjam mengembalikan. Daftar antrian telah memenuhi dinding sisi kiri Ibu.

Sesudah salat Asar, Tante Desti datang lagi. Senyum terbias dibibirnya. Namun kabar yang dia bawa tidak mencerminkan senyum itu.

Lihat selengkapnya