.
.: oOo :.
“Mentari. Gitu penggemar gue manggil gue. Kata mereka, ketampanan gue ini menyilaukan. Tapi, kata gadis kesayangan gue, gue itu menyeramkan.”
.: oOo :.
.
“Tenanglah Elio, Aneta mencoba menyelamatkan Alma dengan uang tebusan.”
“Apa?!”
“Aneta menghabiskan uangnya untuk membebaskan Alma.”
Leher Elio terasa tercekat. Kemarahannya meluap entah ke mana. Dikibaskannya tangan Kenzo yang sempat memegang tinjunya, mencegah tinju yang dilayangkannya pada Aneta. Gadis di depan Elio itupun mengerjapkan matanya. Kemudian dia mengerutkan keningnya.
“Benarkah Aneta?” Elio menatap tajam Aneta.
“I…, iya.” Aneta keder. Dia masih takut. Persis seperti gosipnya. Elio selain tampan, dia sangat beringas, kasar, dan menakutkan. Aneta mulai mempercayai gosip-gosip itu. Aneta juga mulai percaya jika Elio si anak badung yang tampan ini, menyukai Almahyra.
.~oOo~.
Jangan tanya Elio sedang apa.
“Jangan lihat-lihat! Mau di colok?” Tanpa menolehkan wajahnya, Almahyra melontarkan perintah dan saran sadis. Seperti biasa dia judes sekali pada partner sebangkunya.
“Siapa yang ngelihatin loe? Pede amat!” Dan seperti biasa partner sebangkunya itu membalas perkataannya dengan lebih judes. Almahyra mendecih lalu mencibir karena kesal. Dalam diam Elio selaku partner sebangku Almahyra tersenyum.
‘Menyenangkan sekali mengganggu anak culun satu ini’ Batinnya. Tapi sayangnya, Almahyra tampak tidak tertarik untuk menanggapi Elio. Dia malah lebih tertarik dengan novel bertema matematika yang ruwetnya minta ampun. Ya, buku kesukaannya. Padahal, Elio ini kan tampan banget.
“Kalian berdua ini selalu saja begini. Ayo jujur saja, kalian berdua itu sama-sama suka bukan?” Seperti biasa Raka melerai pertengkaran antara dua partner sebangku, Almahyra dan Elio. Dia berujar dengan senyum lembut di bibirnya. Dua sejoli yang duduk bersebelahan itu meradang seketika.
“Siapa juga yang menyukai (cewek culun/cowok licik) itu?” Tidak biasanya Elio dan Almahyra mengatakan hal yang hampir sama secara bersamaan. Kompak sekali. Seperti pasangan saja.
“Lihat saja, kalian benar-benar kompak sekali.” Raka terkekeh. Elio tersenyum tipis. Sebaliknya, Almahyra mendecih.
“Kompak bukan berarti saling menyukai. Dua hal itu berbeda! Berbeda kau tahu?!” Almahyra berbicara dengan nada tinggi. Tak biasanya. Membuat Elio dan Raka terkejut. Tapi, tidak membuat mereka jera secepat itu.
“Alma, jujur saja. Kamu menyukai Elio kan?” Raka masih saja ngotot.
“Pastinya, gue kan ganteng. Siapa yang nggak suka sama gue. Cewek culun pasti juga suka dong!” Elio melipat tangannya di depan dada. Dia berbicara sambil mengadahkan kepalanya ke atas, seakan bangga dengan apa yang di katakannya. Almahyra bahkan dapat melihat hidung Elio yang memanjang.
PLAK!
Tenang saja, itu bukan bunyi tamparan. Hanya bunyi telapak tangan Deandra yang mengenai punggung Elio. Bunyinya cukup terdengar keras. Elio yang kesakitan itu refleks bangun. Tapi tidak dengan wajah kesakitan, melainkan dengan wajah tersenyum lebar yang membuat Almahyra kesal tujuh turunan. Elio telah berhasil mengusik Almahyra untuk yang kesekilan kalinya. Dia berhasil membuat emosi Almahyra bergejolak pagi ini.
“Sini kau!” Almahyra mencoba mengejar Elio yang kabur dengan senyuman menjengkelkan.
“Alma, warna wajah loe kayak tasnya Fira loh.” Elio dengan nada jahilnya melontarkan perkataan sambil bergerak ke kanan dan ke kiri, berlindung di salah satu meja yang memisahkannya dari kejaran Almahyra. Gadis penyuka hitungan itu masih memproses ucapan Elio. Kalau tidak salah, warna tas milik Alfira itu… merah… ya. Uh. Gawat. Urat marah Almahyra mulai tampak.
“SINI KAU COWOK LICIK!”
.~oOo~.
Siapa sih Elio itu? Jawabannnya pasti cowok paling tampan yang ada di dunia ini. Ramah, tinggi, jago basket, bisa bela diri, dan yang paling utama adalah tampan sekali. Jika saja disuruh mendeskripsikan bagaimana penampilannya, semua penggemarnya pasti menulis kata tampan, cakep, ganteng atau pun yang lainnya dalam beragam bahasa dalam satu buku setebal kamus.
Sebegitu tampannya Elio. Bahkan dia sangat terkenal di kalangan para manusia bergender perempuan. Ingat. Manusia ya, bukan makhluk hidup. Dari berbagai kalangan, tua muda, kaya miskin, pintar bodoh, terutama kalangan jomblo yang mulia. Kalau melihat Elio, bawaannya mereka akan mengeluarkan jeritan-jeritan melengking. Persis seperti orang yang kesurupan. Kesurupan setan Elio yang banyak gaya.
Hanya satu manusia hawa yang tidak peduli dengan manusia banyak gaya yang kata orang keren itu, Almahyra. Baginya, Elio terlihat seperti cacing kepanasan saat bergaya atau berpose untuk mendapatkan perhatian. Atau seperti jari-jari nyamuk yang umurnya baru satu hari. Atau seperti ulat super yang jalannya cepat banget. Kluget-kluget nggak jelas.
Awalnya Elio tidak sadar kalau sobat karibnya dari jaman dirinya ingusan sampai kini itu cueknya minta ampun. Dia sadar atau tidak ya kalau dirinya mempunyai teman laki-laki yang super duper tampan seperti Elio? Ataukah karena dirinya memiliki minus yang lumayan tinggi? Jadi bawaanya kalau lihat Elio matanya suka buram karena terlalu tampan. Ataukah Elio saja yang kepedean mengenai ketampanannya?
Ataukah karena Almahyra sudah mengetahui tentang seluk-beluk si pemuda tampan. Rahasia terbesarnya, momen menggelikannya, bahkan momen memalukannya. Rahasia terbesarnya seperti, sebenarnya Elio itu suka sekali mengumpulkan topi lucu berbentuk hewan. Momen menggelikannya seperti, sebenarnya Elio pernah bertemu dengan mantan pacarnya dan mengajaknya berbalikan tapi gagal karena mantannya itu ternyata membawa pacarnya. Momen memalukannya seperti, dia pernah tidak sengaja mengeluarkan pupnya saat bersin. Tahu pup kan? Itu, benda bau yang keluar dari bokong manusia setiap hari. Tebak ekspresi Almahyra saat itu. Tentu saja dia menjadi orang yang tertawa paling keras!
Sebenarnya Elio tidak mempermasalahkan itu. Gadis pintar seperti Almahyra tahu semua aib miliknya pun tidak masalah. Hanya saja. Hanya saja, satu yang sangat membuat Elio heran dan tertarik pada Almahyra. Dia tampaknya cuek bebek dengan tampang Elio yang katanya tampan. Katanya sih, Elio itu mirip sekali dengan Robert Pattinson yang memerankan peran vampir di film Twilight itu. Katanya sih, cogan.
Tapi memang hanya Almahyra saja yang tampaknya tidak mengubris sobat dari masa kecilnya itu. Bukan karena dia tidak doyan dengan tampang tampan Elio. Hanya saja, Almahyra sudah terlanjur menyukai orang lain. Ya, tidak banyak orang yang tahu kalau dia menyukai Riqui. Tunangan dari sahabatnya sendiri. Hanya Kenzo saja yang mengetahui Almahyra sangat menyukai Riqui.
Aneh sekali ya? Kenzo selalu mengetahui apa yang tidak diketahui orang lain.
Bahkan di waktu kayak gini sekalipun, Kenzo tahu apa maksud perlakuan Aneta. Dia dapat tahu saja hanya dengan melihat sekilas ekspresi seseorang dan mendengar perkataannya. Nggak kayak gue, gue hanya dapat nyimpulin dengan cepat dan bergegas buat ngehancurin apa aja yang ada di depan gue. Ya, gue memang sosok dengan emosi meluap-luap yang siap meledak kapanpun waktu sumbu pemicunya dinyalakan. Kayak bom ya. Simpel aja, temperatur. Eh, bukan. Bukan temperatur, tapi temperamen.
Emang gue temperamen? Sejak kapan?
Ah, bener. Gue emang temperamental. Gue ingat. Waktu kelas dua SD, gue pernah ngamuk ke Almahyra yang nggak sengaja nginjak stik PS punya gue dan ngerusak stik itu. Itu emang benda favorit gue sejak dulu. Gue marah sekali dan ngedorong Almahyra hingga dia jatuh. Kenzo yang ngeliat segera menengahi kami. Sejak saat itu Almahyra nggak pernah nyentuh bahkan dekatin semua barang gue.
Nggak hanya itu. Gue ingat saat gue, Almahyra, dan Elio pergi ke kafe buat ngerjain tugas. Almahyra pesen es krim kayak biasanya, Kenzo pesen es teh olong, dan gue pesen punch warna merah terang. Saat itu, Almahyra nggak sengaja numpahin minuman punch kesukaan gue. Iyalah, gue marah banget. Udah tumpah, minuman itu kena kaos putih kesukaan gue.
Lagi-lagi Kenzo menengahi. Dia selalu jadi pengontrol emosi gue. Dia selalu ingetin gue buat nggak lepas kontrol. Dia sahabat terbaik yang gue punya. Dia selalu ingetin gue buat nggak lepas emosi waktu sama Almahyra. Dia selalu ingetin gue bahwa gue sangat menyayangi Almahyra.
Dia baik banget sama gue. Tapi, kenapa? Kenapa gue merasa kesal sekali.
“Kalau kau emosi itu menakutkan sekali. Itu sebabnya aku tidak nyaman berada di dekatmu. Aku lebih memilih duduk bersama Kenzo daripada duduk berdampingan denganmu. Tapi ini keputusan guru. Aku tidak bisa menolaknya.”
Bayangin betapa kesalnya gue denger Almahyra bilang kayak gitu. Seketika gue merasa emosi waktu ngeliat Kenzo yang deket-deket sama Almahyra. Emosi gue luap hanya karena gue liat Kenzo duduk dengan jarak lima senti di samping Almahyra. Singkatnya, gue cemburu. Ya, gue cemburu sama Kenzo yang bisa deket-deket sama Almahyra, sedangkan gue yang biasanya nyoba duduk deket Almahyra, ditinggal seketika. Kesel banget sumpah.