"Apa yang kau inginkan?"
"Segalanya!"
~¤~
Seorang gadis egoistik
Yang merasa dirinya sangat antik
Permainannya sungguhlah 'klasik'
Walau hatinya bagai keramik
~¤~
Perempuan kecil itu berjalan cepat. Ia terus menyisir rambut hitamnya yang kasar dengan jari-jemarinya. "Irida, Irida!" teriaknya seraya ia berjalan menuju hadiahnya. Terusan merah muda yang ia kenakan berkibar. Suara sepatu yang menghentak lantai bergema.
Pagi itu hanya ada satu tujuan di kepalanya. Pertama, ke ruang laboratorium. Kedua, banting pintu besinya yang tak pernah dikunci. Ketiga, buat Sev—asisten ayahnya—mengeluh. Keempat, ambil hadiahnya yang sudah ia tunggu sejak tahun lalu.