Matahari pagi menuju siang ini sepertinya sedang sangat bersemangat menjalankan tugas hariannya, senyum sumeringah mungkin sedang di tampakkan para ibu rumah tangga karena cuciannya cepat kering, namun berbeda halnya dengan para murid kelas XII-IPA 2 yang setiap hari Rabu selalu berkumpul di lapangan untuk melaksanakan pelajaran olahraga.
Di depan sana terlihat pria tambun yang jika kalian melihatnya pasti tidak menyangka bahwa dirinya merupakan guru olahraga, Pak Kumis. Julukan itu yang selalu di berikan para murid pada pak Beben, guru olahraga tambun berkumis.
Pak kumis memulai ritual pertama olahraga kali ini dengan berdoa lalu setelahnya mengabsen siswanya satu per satu. kemudian mengintruksikan agar murid-muridnya itu melakukan pemanasan.
Dengan ogah-ogahan semua siswa melakukan apa yang pak kumis intruksikan, sumpah serapah tak hentinya keluar dari mulut para gadis remaja itu, termasuk Nayara. Mungkin memang benar pelajaran olahraga itu sangat-sangat menyebalkan untuk para siswi terutama para siswi kelas XII- IPA 2, Hanya satu siswi yang terlihat bersemangat yaitu Jihan- si gadis tomboy yang sangat menggemari pelajaran olahraga dia terlihat bersemangat dan enjoy menjalaninya bersamaan dengan para siswa laki-laki-
Namun setelah pemanasan usai senyum sumeringah ditampakan para gadis itu pasalnya pak kumis mendeklarasikan bahwa dirinya tidak bisa mengajar hari ini karena akan mendampingi atlet futsal kelas sebelas untuk bertanding lomba antar sekolah.
Namun pak kumis memperingati agar tidak meninggalkan lapangan sebelum jam pelajaran olahraga usai, beliau membebaskan para muridnya itu untuk berolahraga apa saja, asal masih di lapang.
Seperti biasa siswa putra memilih bermain sepak bola dan siswi putri seperti biasa juga, duduk di pinggir lapangan sembari bergosip ria, sesekali menyemangati pesepak bola amatiran di depannya. Lumayankan sembari cuci mata melihat teman-teman yang masuk kategori 'ganteng' bercucuran keringat, termasuk juga Naya.
"Bisa gak sih Nay lo stop liatin si sipit itu?" Suara Feli seketika mengaburkan pandangan Nayara.
"Apaan sih Fel, siapa yang liatin Gavin coba?" lagi-lagi Nayara berdalih, dalam hati ia merutuki kebodohannya yang tak bisa memperhatikan Gavin secara sembunyi-sembunyi.
"Lo harus inget ya berapa kali si sipit itu nyakitin hati lo, berapa kali juga lo nangis gara-gara cowok bajingan kaya Gavin. Makanya, gue peringatin lagi ke lo jangan sampai lo nyimpen perasaan lagi ke si Gavin, Please Nay. Lo udah nutup hati lo rapet-rapet selama satu tahun ini masa...."
BRUGH!
"Aw, Kaki gue!"
Tiba-tiba sebuah suara benturan keras terdengar dari tengah lapang sana mengejutkan seluruh perhatian para siswa termasuk Feli yang langsung menyudahi pembicaraannya saat yang diajak bicara berlari secepat kilat.
Terlihat Gavin disana meringis kesakitan bersamaan dengan darah segar yang keluar akibat terjatuh menghantam lapang yang baru di semen. Luka yang cukup besar, terlihat daging putih di lutut bersamaan dengan darah segar itu. Lukanya memang besar tapi rasa malu kini lebih mendominasi apalagi saat sahabat karibnya-Erik- bukan menolongnya tetapi malah tertawa terpingkal-pingkal.
"Sakit Bangke!" Gavin jengkel dengan sahabat satunya ini.
"Elah gitu doang, sini lebay banget lo!" Erik hendak membantu Gavin bangkit di bantu dua teman lainnya, namun detik berikutnya langkahnya terhenti saat seorang gadis dengan kotak P3K duduk di hadapan Gavin.