Suara riuh memenuhi ruangan UGD (Unit Gawat Darurat) pasalnya ada 2 pasien kecelakaan yang datang ke ruangan itu. Dokter dan perawat dengan sigap menangani 2 pasien tersebut. Terlihat salah satu perawat mengambil kartu identitas mereka dan menelfon keluarga mereka.
Tidak lama terlihat sepasang suami isteri dengan panik menghampiri resepsionis.
“Mba, kalau boleh tahu pasien atas nama Priscilla Kusuma ada di mana yah sekarang?” tanya si isteri dengan raut wajah yang panik dan gelisah.
“Tunggu saya cek dulu yah.”
“Iya.”
“Pasien atas nama Priscilla Kusuma masih ada di ruang UGD, Bu. Ruang UGD ada di sebelah kiri.”
“Kalau pasien atas nama Jason Dextrine ada di Ruang UGD juga mba?” tanya si isteri lagi.
“Oh! Pria yang dibawa bersama pasien Priscilla tadi, ia ada di ruang jenazah. Kalau boleh tahu, apa ibu ada kenal dengan keluarga pasien Jason? Karena tadi saya mencoba untuk menghubungi nomor keluarga yang ada di handphone pasien tapi tidak bisa.”
Suami isteri tersebut terlihat terkejut saat mendengarnya.
“Iya mba, saya akan hubungi keluarganya.”
Pasangan suami isteri tersebut langsung bergegas menuju Ruang UGD di situ terlihat Priscilla terbaring tak berdaya. Ada banyak alat-alat medis yang dipasang di tubuhnya. Mereka tak bisa menahan tangisnya saat melihat kondisi puteri semata wayang mereka. Tak lama datang seorang dokter menghampiri mereka.
“Bapak dan ibu ini keluarganya pasien Priscilla Kusuma?” tanya dokter.
“Iya dok.”
“Kalau begitu bapak dan ibu mari ikut saya ke ruangan. Ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan.”
Merekapun mengikuti dokter tersebut ke ruangannya.
“Pasien mengalami gegar otak ringan dan patah tulang di bagian tulang rusuk. Ada beberapa kulit yang sobek, sudah kami jahit. Bapak dan ibu mohon tandatangan beberapa berkas untuk operasi pasien. Ini biaya yang harus bapak dan ibu keluarkan untuk operasinya bisa dibayarkan di bagian adimistrasi.”
Mereka menandatangani berkas-berkas tersebut lalu dokterpun mengoperasi Priscilla. Mereka menunggu di depan ruang operasi dengan sabar. Setelah 4 jam lamanya, operasipun selesai. Dokter membawa kembali suami isteri tersebut ke ruangannya.
“Ini resep obatnya untuk pasien. Ada obat penghilang nyeri dan beberapa obat lainnya.” Dokter menjelaskan panjang lebar fungsi obat-obat yang dia berikan dan berapa lama Priscilla dirawat.
“Yang terpenting adalah pasien tidak boleh stress selama masa pemulihan. Saya sarankan pasien rawat inap selama 1 minggu agar kondisinya terpantau. Masa pemulihannya adalah 3 bulan.” Lanjut dokter itu lagi.
“Baik dok, terimakasih atas penjelasannya.” Kata sang suami.
Merekapun meninggalkan ruangan dokter dan menuju kamar inap VVIP tempat Priscilla terbaring. Si isteri lagi-lagi tidak dapat menahan air matanya begitu melihat puterinya.
“Lala kenapa kamu bisa begini coba.” Ia mengelus kepala puterinya yang masih diperban tersebut.
Si Suami keluar ruangan dan mengeluarkan handphonenya. Ia menelfon satu-satunya keluarga Jason.
“Halo, ini aku ayah dari tunangan kembaranmu. Kembaranmu kecelakaan.”
Priscilla’s POV
Aku merasa telah tertidur sangat lama. Kepalaku terasa pening saat aku membuka mataku perlahan. Aku berada di ruangan asing, sepertinya ini rumah sakit dan ibu tertidur di kasur sebelah ranjangku.
“La, kamu sudah bangun.”
“Iya, Ma.”
“Kamu tahu kamu di mana?”
“Di rumah sakit? Terakhir yang Lala inget, Lala pulang sama Jason naik mobil terus tiba-tiba ada mobil lain yang nabrak. Setelah itu semuanya gelap. Jason ngak kenapa-kenapa kan Ma?”
“Kamu baru bangun malah nanyain orang lain duluan. Mending sekarang kamu makan dulu ini apel, kamu udah tidur seharian loh.”
“Lala kan khawatir sama Jason.”
Mama menyuapiku apel yang sudah dipotongnya itu.
“Jason ngak papa kok. Cuman tulang kakinya dua-duanya retak jadi dia ngak bisa ngunjungin kamu. Jadi, sekarang kamu fokus dulu ke diri kamu.”
“Iya, Ma.”
Aku legah Jason tidak apa-apa. Dia itu pacarku dan kami akan menikah tahun depan. Aku sangat khawatir dengannya tadi, tapi syukurlah kondisinya juga tidak terlalu parah.
“Kamu jangan banyak pikiran yah La. Papa udah dapet pengganti kamu di kantornya jadi kamu ngak usah mikirin.”
“Tahu aja mama aku baru mau nanyain soal kantor heheheh.”
Aku bekerja di perusahaan papaku, posisiku adalah direktur di sana. Usiaku terbilang muda sebagai direktur, aku berumur 24 tahun. Tapi, kalian jangan salah aku bukan mendapat jabatan itu karena aku anak dari pemilik perusahaan. Aku ini sudah S3 Management, aku memiliki IQ yang cukup tinggi jadi aku bisa loncat kelas dan menamatkan S3 di usia 23 tahun.
“Ma, nyalain tv dong. Aku bosen nih.”
Mamapun menyalakan tvnya dan memberikan remotenya padaku. Aku menukar-nukar saluran lalu aku menemukan berita kecelakaan diriku.
“Berita terkini. Seorang puteri pemilik PT. White Claud mengalami kecelakaan bersama tunangannya. Dikabarkan tunangannya me-“
Tiba-tiba mama mengganti saluran tv itu.