Jeremy’s POV
Setelah aku mendengar kabar kakakku yang kecelakaan aku buru-buru pulang ke Indonesia.
“Dessy prepare my flight now! (Dessy siapkan penerbanganku)”
Aku segera mengambil penerbangan tercepat agar aku tidak membuang waktu lagi. Saat aku sampai, aku mendapatinya sudah terbujur kaku di ruangan jenazah. Tidak salah lagi, wajahnya yang sangat mirip denganku terbaring di ranjang itu. Aku menangis sambil berlutut di sebelahnya.
“Baru aja kita bisa handle penuh perusahaan, tapi kenapa lu bisa begini coba?”
Saat aku keluar ada seorang pria yang sepertinya sudah berusia 60-an menghampiriku.
“Apa kau kembaran Jason?” tanyanya.
“Iya.”
“Aku adalah ayah dari tunangan Jason. Aku ingin minta tolong satu hal padamu.”
“Minta tolong apa?”
“Tolong kau berpura-pura jadi Jason. Setidaknya untuk 3 bulan.”
“Permintaanmu itu tidak masuk akal. Lagipula apa untungnya untukku?”
Tiba-tiba ia berlutut di depanku.
“Aku mohon padamu karena dia puteriku satu-satunya. Kalau kau bersedia aku bisa memberikanmu separuh perusahaanku.”
“Setengah PT. White Claud?”
“Iya aku akan memberikannya padamu. Asal kau mau berpura-pura menjadi Jason setidaknya sampai Lala benar-benar sembuh, setelah itu kau bebas dan akan mendapatkan setengah perusahaanku.”
“Baiklah aku menerimanya, tapi aku dan Jason memiliki kepribadian dan ingatan yang berbeda walau wajah kami sama. Dia pasti akan mengetahui perbedaan kami.”
“Bagaimana kalau kau pura-pura amnesia? Dia pasti tidak akan curiga kalau kau amnesia.”
“Baiklah, sisanya aku akan urus. Yang akan kau katakan pada Lala adalah kalau Jeremy yang mati bukan Jason. Bilang saja Jeremy mengalami kecelakaan saat pulang ke Amerika.”
“Terimakasih banyak! Aku sungguh berterimakasih padamu.”
Ini artinya aku tidak mungkin meninggalkan Indonesia selama 3 bulan. Untung saja ada Dessy di cabang sana. Aku tidak mungkin menolak tawarannya, PT. White Claud itu salah satu perusahaan tambang paling besar di Indonesia kalau aku bisa punya setengah perusahaannya maka aku bisa membuat perusahaanku di sini lebih besar.
Setelah itu aku mengurus pemakaman kakakku, pemakaman berlangsung singkat dan tertutup. Meski begitu, kabar langsung meluas kemana-mana. Tapi beritanya bukan tentang kematian Jason, tapi kematianku. Kalau dengan menjadi dirinya aku bisa mendapatkan perusahaan maka tidak apa-apa. Semua orang tidak akan curiga kalau yang meninggal itu Jason karena wajah kami mirip, lagipula mereka taunya aku amnesia. Hanya orang tua Lala dan aku yang mengetahui rahasian ini.
Aku menghampiri perusahaan cabang Indonesia untuk mengecek beberapa hal. Di sana ada Aiden asisten pribadi Jason yang membantuku.
“Gw senang lu masih hidup, tapi gw juga berduka atas Jeremy.”
Aiden memelukku untuk menghiburku.
“Gw bakal bantuin lu buat inget lagi tentang kerjaan, jadi ngak usah khawatir. Pokoknya, lu sembuh sepenuhnya dulu.” Lanjutnya lagi.
Aku sudah sangat sembuh, bahkan aku tidak luka dari awal. Aku membayar rumah sakit itu untuk membuat laporan palsu tentang diriku. Setelah selesai mengurus perusahaan aku pulang bersama Aiden.
“Lu masuk aja dulu Son, gw mau beli donat dulu di sebrang.”
“Beliin gw jg dong, donat coklat sama kacang, strawberry juga.”
Untung saja aku mengetahui hal-hal kesukaan Jason, berpura-pura jadinya tidak sulit juga untukku. Aku masuk ke rumah, baru saja aku mau melepas kain penopang ini karena mengganggu, seorang perempuan mengejutkanku.
“Surprise!!!!!!!!!!!!” katanya.
Aku tahu dia Lala, aku melihatnya di foto yang ada di laci kerja Jason. Tapi, aku sedang amnesia sekarang jadi aku harus pura-pura tidak mengenalnya. Dia bergelayutan di tanganku sambil merayu-rayuku, tapi aku harus tetap memakai topengku. Tiba-tiba masuklah Aiden ke dalam. Ia penyelamatku, ternyata Lala juga akrab dengan Aiden. Aiden menyuruh Lala pulang lalu semuanya kembali damai. Kalau dilihat-lihat selera Jason ok juga. Lala cantik dan pintar juga kaya, sayangnya umurmu tidak panjang untuk terus bersamanya. Aku pasti akan mencari dalang dari semuanya, mereka pikir aku bodoh untuk mempercayai itu kecelakaan. Aku tahu ada yang ingin membunuhmu di sini.
Priscilla’s POV
Hari ini mama mengajakku belanja di mall. Aku kebetulan mau membeli beberapa barang yang rusak karena kecelakaan kemarin. Tapi aku kecewa saat datang, barang-barang itu sudah tidak dijual.
“Yah, Ma. Udah ngak dijual barangnya, bete deh aku.”
“Nanti mama pesenin khusus buat kamu.”
“Mama emang dabes!”
Kami melanjutkan belanja kami sampai aku melihat sebuah dasi yang menarik perhatianku. Aku membelinya untuk Jason, dia pasti sangat menyukainya. Setelah itu, aku membeli beberapa tas, sepatu, dan gaun untuk menambah koleksiku.
“La, nanti hari Minggu mau ikut mama ngak ke panti?”
“Mau acara bareng anak panti lagi yah ma?”
“Iya, mau ikut ngak?”
“Mau dong, aku ajak Jason ah.”
Saat aku sedang melihat-lihat baju tiba-tiba aku menabrak seseorang. Ternyata itu adalah Jason.
“Kamu lagi di sini juga beb?” tanyaku.