Is It A Fake Love?

SunJe
Chapter #9

Kidnap

Jeremy’s POV

           Aku memasuki kantorku dan mulai membereskan berkas-berkas yang akan kukerjakan. Sambil menunggu Aiden datang, aku memainkan hpku. Tapi, saat aku mengeluarkannya ternyata aku salah membawa hp. Hp yang kubawa adalah hp Jason. Aku menelfon Aiden menggunakan hp itu.

Aiden : “Halo?”

Jeremy : “Den, tolong ambilin hp gw di kamar. Lu tau lah password masuk kamar gw,”

Aiden : “Ah! S***an lu. Gw pikir setan yang nelfon gw,”

Jeremy : “Kalo setan ngapain lu angkat?”

Aiden : “Kan siapa tau mau nyampein pesan-pesan gitu kayak di film-film horror,”

Jeremy : “Kebanyakan ngayal lu!”

           Setelah mematikan telfon, aku memainkan game-game yang ada di handphone Jason. Beberapa gamenya sama dengan game di handphoneku. Menyebalkannya, dia sudah berada di level yang jauh di atasku. Tak lama, Aiden sudah datang dengan membawa hpku.

           “Bisa-bisaan hp sendiri ngak dikenalin,” kata Aiden.

           “Kan modelnya mirip, kagak sengaja ketuker.”

           “Kagak ada mirip-miripnya dah,”

           Memang ngak mirip sih, jenis hpnya juga berbeda. Tapi aku salah ambil hp tadi karena buru-buru.

           “Ceroboh banget dah lu!” kata Aiden lagi.

           Kamipun kembali bekerja dan seperti biasa, Lala datang ke kantorku membawa Claud.

           “Halo Son!” ia menyapaku.

           “Tumben hari ini datengnya siang,” kataku padanya.

           “Tadi abis kontrol ke dokter,”

           “Gimana hasilnya?”

           “Bagus dong!”

           Ia duduk di sofa seperti biasanya.

           “Bukannya itu hp lama kamu?” tanyanya saat melihat hp Jason tergeletak di mejaku.

           “Iya, kemaren baru selese dibetulin,”

           Ia mengambil handphone itu lalu mengotak-atiknya. Dia langsung bisa membuka hp Jason, aku terkejut melihatnya. Bodohnya aku, tau begitu dari kemaren-kemaren aku tanya saja Lala. Akupun kembali fokus pada pekerjaanku.

Priscilla’s POV

           Setelah selesai mengotak-atik hp Jason, aku memainkan gamenya. Saat aku mainkan lagi, levelnya berbeda dari terakhir kali aku mainkan.

           “Ngomong-ngomong, kok aku ngak pernah liat kamu kontrol?” tanyaku pada Jason.

           “Aku kontrolnya hari Minggu, kalo hari biasa begini kan aku sibuk,”

           Aku menjawabnya dengan oh. Kami makan siang di restoran sebelah kantor Aiden seperti biasa. Aku memesan menu kesukaan kami seperti biasanya. Saat kami sedang beranjak meninggalkan restoran itu, tiba-tiba saja ada suara tembakan. Jason menarikku ke dekapannya. Aku melihat pintu kaca restoran di belakangku sudah pecah. Orang yang menembakkan peluru itu segera lari meninggalkan tempat itu.

           “Kamu ngak papa?” tanya Jason khawatir.

           “Ngak papa, tadi pelurunya meleset. Aku cuman syok aja,”

           Akhirnya Jason mengantarku pulang. Saat di rumah, aku mendapatkan pesan dari nomor yang kemarin.

           Dari : +62xxxxxxx

Pesan : Ini hanya peringatan. Aku yakin kau baik-baik saja, dia penembak jitu dan dia sengaja menembak dengan meleset.

           S**l! Apanya yang meleset. Kalau Jason tidak menarikku tadi, peluru itu akan mengenai kepalaku. Aku menelfon nomor itu.

Lala    : “Apa yang kau inginkan? Selesaikan dengan cepat, Om Tim,”

Om     : “Aku ingin Jason lenyap,”

Lala    : “Tidak! Jangan sentuh Jason!”

Om     : “Ternyata kau benar-benar jatuh cinta padanya. Aku sudah memperingatkanmu untuk tidak jatuh cinta padanya,”

Lala    : “Kau tidak berhak mengatur siapa yang harus aku cintai,”

Om     : “Kau itu kacang yang lupa pada kulitnya,”

Lala    : “Jangan sebut aku kacang yang lupa kulitnya. Jangan lupa! selama ini kalau bukan karena aku, kau sudah lama menggelandang. Tambangmu itu sudah lama tutup,”

Om     : “Sudah sepantasnya begitu, karena dulu aku yang menolongmu. Bagaimana reaksi orang tua angkatmu itu begitu tahu kalau kau sebenarnya alatku untuk mengambil harta mereka. hahahahahah,”

           Tawanya itu sungguh membuatku jengkel.

Lihat selengkapnya