Jeremy’s POV
Nomor asing kemarin tidak terlacak oleh Steve. Nomor itu hanya sekali pakai, dan sekarang tidak terdaftar lagi. Berapa kalipun aku pikir, aku tidak bisa menebak siapa. Tidak mungkin Lala mengkhianatiku. Dia baru saja mengatakan bahwa dia mencintai Jason, kalau ia memang berkhianat maka tidak akan secepat ini. Sebuah pesan baru datang lagi ke hpku. Kali ini nomornya berbeda lagi.
Nomor : +62xxxxxxxxx
Pesan :
Kalau kau ingin tahu siapa aku, datang sendirian ke lokasi yang aku kirim padamu besok jam 7 malam.
Ia mengirimkanku sebuah lokasi yang agak jauh dan terpencil. Aku memberitahu Steve tentang SMS itu, lalu ia menelfonluku.
Steve : “Bawa satu dua orang bareng lu. Setidaknya buat jaga-jaga, kita ngak tahu siapa orang itu dan apa niatnya. Kalo bahaya kan jadinya lu ada yang bisa nolongin,”
Jeremy : “Gw takutnya kalo ketawan ngk sendirian, nanti yang ada dia malah ngak muncul,”
Steve : “Gimana kalo nanti Thomas sama Damian dateng belakangan. Kan keliatannya lu kayak dateng sendirian,”
Jeremy : “Boleh juga ide lu. Besok mereka berangkat jam 7. 30an aja, bedain 30 menit udah cukup kayaknya,”
Steve : “Sep!”
Setelah selesai berdiskusi, akupun tidur.
Selama di kantor ini, aku tidak bisa menyembunyikan kegelisahanku. Aku belum memberitahu hal ini ke Aiden dan Lala. Tepatnya, aku rasa mereka tidak perlu tahu.
“Jer, napa dah lu gelisah banget,” tanya Aiden padaku.
“Keknya jangan manggil gw Jer deh, panggil aja Jason atau jas kek. Kalo keceplosan depan orang bisa bahaya,”
“Iya juga yah. Ngomong-ngomong apa lu beneran mau terus-terusan jadi Jason kah?”
“Karena dari awal gw emang Jason,”
“Hah? Hah? Gimana dah maksudnya? Gw ngak ngerti,”
“Panjang ceritanya, intinya tetep panggil gw Jason aja. Itu berlaku juga buat kamu La,” kataku pada Lala yang sedang bermain bersama Claud di sofa.
“Okay beb,”
Usai bekerja, aku langsung pergi ke lokasi yang telah di tentukan oleh orang asing itu. Aku mengabari Steve saat dalam perjalanan. Lokasi yang ia kirim padaku adalah tanah lapang dekat hutan-hutan. Saat sampai di sana, aku tidak melihat siapa-siapa. Apa ini hanya lelucon saja?
Nomor : +62xxxxxxxxx
Pesan :
Di belakangmu.
Aku hendak menoleh ke belakang, tapi sebelum sempat menoleh aku merasakan ada hantaman bat ke kepalaku. Setelah itu semuanya gelap.
Priscilla’s POV
Aku sangat khawatir hari ini, Jeremy menghilang semalam. Ia tidak pulang ke rumahnya, kemarin aku punya firasat buruk saat melihatnya gelisah. Semua orang mencari-carinya, dia tidak memberitahu siapapun.
Nomor : +62xxxxxxxxx
Pesan :
Mulai sekarang, kami sudah benar-benar melepasmu. Untuk Jason, dia sudah kuurus sendiri.
Aku shock saat melihat isi pesan itu, tak lama aku mendapat telfon dari seseorang.
Lala : “Halo, ini siapa yah?”
Steve : “Gw temennya Jeremy,”
Lala : “Apa lu tahu Jeremy sekarang di mana?”
Steve : “Gw ngak tahu Jeremy di mana, tapi yang pasti semalem Jeremy ke lokasi ini,”
Dia mengirimkan sebuah lokasi dari google maps.
Steve : “Ada orang ngak dikenal nyuruh dia ke tempat itu. Orang itu tahu kalo dia Jeremy, bukan Jason. Jadinya dia penasaran siapa orang itu. Jeremy disuruh dateng sendirian, tapi gw khawatir jadi gw ngirim 2 orang buat jagain dia tapi berangkat belakangan. Tapi pas nyampe sana, Jeremy udah ilang,”
Lala : “Mau coba ke sana barengan sekarang?”
Steve : “Boleh, kita ketemuan di kantor Jeremy aja biar ada Aiden terus disupirin sama dia,”\
Lala : “Oke!”
Aku bersiap-siap mengganti bajuku lalu pamit pada mama dan papa.
“Ma, aku kayaknya perginya bisa lebih dari 1 hari. Jadi, kalo misal nanti malem aku belom pulang ngak usah ditunggu,”
“Iya-iya, kamu sama Jason jangan ngelakuin’itu’ dulu yah tapi,”
Pipiku memerah mendengar ledekan mama.
“Ah! Mama yang aneh-aneh aja ngomongnya. Yaudah ma, aku pergi dulu,”
Seperti biasa, aku diantar ke sana lalu aku naik ke kantor Jeremy. Aiden sedang serius mengerjakan banyak pekerjaan.
“Den, ada yang bisa gantiin lu di sini ngak?”
“Yah ngak lah, kecuali si Jeremy. Tapi dia aja ngilang ngak tahu ke mana,”
“Gw mau nyari Jeremy di tempat dia ilang terakhir, gw pengen ngajakin lu. Liburin ae lah semuanya hari ini,”
“Ide bagus, gw juga butuh liburan,”