Isekai Everywhere

Nuel Lubis
Chapter #44

Untuk Kali Pertama, di Klub Malam

Ternyata Geng Los Redimidos tak benar-benar berubah. Buktinya, malam ini, mereka malah mengajak aku ke sebuah klub malam yang ada di Distrik Shibuya. Prakarsa itu datang dari Ferdinand.

Aku duduk di dekat meja bartender. Kulihat, baik Sebastian, Ignacio, Hector, dan Ferdinand sedang asyik menari di floor dance. Sementara Pedro dan Kenichi izin ke toilet. Sakura dan teman perempuannya, Tomomi, juga izin ke toilet.

Sejujurnya,ini kunjungan perdana aku ke tempat hiburan malam. Saat masih di Indonesia aku belum pernah sama sekali. Bahkan ini kali pertama aku mencicipi alkohol. Alkohol yang aku minum ini bukan sake, dan rasanya sangat memuakkan. Aku heran Ferdinand dan Sebastian bisa cukup menyukai minuman beralkohol.

Lampu-lampu neon berkelap-kelip, menyinari ruang penuh asap dan dentuman musik elektronik yang seakan mengguncang jantungku.

Aku duduk di kursi tinggi dekat bartender, mencoba tidak terlihat canggung, meski dari gerak-gerikku saja sudah bisa ditebak kalau aku bukan tipe orang yang cocok di tempat seperti ini.

Gelas di depanku masih terisi setengah. Cairan keemasan itu memantulkan warna merah dan ungu dari lampu-lampu klub malam “The Electric Saint”, yang konon termasuk salah satu klub paling populer di Shibuya.

Entah kenapa, tempat ini lebih terasa seperti tempat pelarian daripada hiburan.

Ferdinand dan Sebastian tampak larut dalam musik. Tubuh mereka bergerak lepas, seakan dunia luar tak ada lagi. Ignacio sesekali mengangkat tangan sambil berteriak, “¡Viva la vida, hermano!” dan Hector membalas dengan tawa keras khas orang Amerika Latin.

Mereka terlihat bahagia. Namun aku tahu, di balik semua itu, ada luka lama yang tak pernah benar-benar sembuh.

Aku menatap minumanku lagi. Bau alkoholnya begitu menusuk. Aku menyesap sedikit, dan langsung menyesal sudah mencicipinya.

“Uh…” aku meringis kecil, merasakan panas yang menjalar dari tenggorokan ke dada.

“Rasanya seperti menelan bensin,” gumamku pelan.

Bartender di depanku, pria Jepang berambut pirang hasil bleaching, terkekeh.

First time, Gaijin-san?” katanya dalam bahasa Inggris yang lumayan lancar.

Aku hanya mengangguk.

Don’t worry,” katanya lagi sambil mengelap gelas. “Everybody hates their first drink. You’ll get used to it.

Aku tersenyum tipis. “I hope not.”

Ia tertawa pelan. “Smart answer.”

Beberapa menit berlalu. Musik makin keras.

Seseorang menepuk bahuku dari belakang. Aku menoleh. Ah, itu ternyata Pedro, masih dengan wajah cerah dan gaya santainya.

Bro, kau hanya duduk di sini?” katanya keras agar suaranya terdengar di tengah bising musik.

“Ya, aku hanya ingin mengamati terlebih dahulu. Aku belum terbiasa di tempat seperti ini.”

Pedro terkekeh. “Haha... dulu aku juga begitu. Tapi, lihat aku sekarang. Kadang kau hanya perlu… melepas kendali sedikit.”

Aku tersenyum. “Tapi bukankah dulu kau bilang kita ini sudah redimidos--ditebus?”

Lihat selengkapnya