Isekai Everywhere

Nuel Lubis
Chapter #45

Kembali Bertemu dengan Pendeta dari Nigeria

Aku kaget saat tiba-tiba saja ada seorang berkulit hitam menghampiriku yang sedang menikmati caramel macchiato di Starbucks yang ada di Tokyo ini. Orang ini memperkenalkan dirinya sebagai Tobias N'mecha. Ingatanku langsung terbang saat diriku ini isekai ke Nigeria dan bahkan melihat sejumlah Kristen Nigeria diperlakukan tidak manusiawi di sana.

Kalau kuperhatikan dengan seksama, sepertinya ia berkata jujur. Bentuk mukanya memang mirip sekali dengan Tobias N'mecha. Hanya saja yang ini terlihat beberapa tahun lebih tua.

Pria berkulit hitam ini tertawa. Ia menyesap sebentar americano, lalu berkata, "Banyak yang sudah terjadi, Brother. Sejak kau datang, hidupku dan beberapa tokoh Kristen di Nigeria mengalami perubahan drastis. Salah satunya itu aku, selang setahun kemudian, aku seperti diutus Tuhan ke negeri ini. Lalu, aku menikahi perempuan lokal, dan sekarang sudah memiliki dua anak kembar laki-laki yang sekarang sudah berusia 8 tahun."

Aku terdiam beberapa detik.

Dunia di sekelilingku tetap berjalan seperti biasa. Ada suara mesin espresso, denting gelas, obrolan mahasiswa, pekerja kantoran yang mampir sebentar, hingga aroma kopi yang memenuhi ruangan. Bagiku, semua itu terlihat cukup normal.

Namun kehadiran Tobias N’mecha tepat di hadapanku, itu bukan hal biasa. Itu seperti lubang kecil yang membuka kembali retakan masa lalu.

“A-aku… masih ingat semuanya, Tobias,” jawabku pelan. “Aku masih ingat ketika kita di sel itu. Masih ingat bagaimana kalian berdoa sambil menggenggam tangan. Masih ingat rasa takut di wajah semua orang.”

Tobias tertawa kecil, tapi matanya berkaca-kaca. “Itu masa yang berat, Brother. Masa yang seolah mengingatkan bahwa hidup dan mati itu hanya selembar rambut tipis.”

Ia menyesap kopinya lagi, kemudian menghela napas panjang. “Aku sempat bertanya-tanya lama… siapa kau sebenarnya? Kau datang begitu saja ketika kami sudah sangat putus asa. Setelah harapan kami timbul lagi, kau lalu hilang seperti asap. Bahkan banyak yang percaya kau itu malaikat Tuhan.”

Aku tersedak sedikit. Hampir saja aku mau tertawa terbahak-bahak. “Malaikat? Aku? Tidak, Tobias… aku bahkan tidak mengerti kenapa aku bisa berpindah-pindah begitu. Berani sumpah, aku hanya manusia biasa.”

Tobias mengangguk. “Aku tahu. Tapi kata-katamu waktu itu… hanya satu kalimat, Brother, yang aku ingat. Satu kalimat saja yang kau bilang ke Omer dan kau ulang ke Lucky dan yang lainnya.”

Ia menirukan suaraku waktu di Nigeria: “Tuhan tidak buta, dan tidak tidur.”

Jantungku berdebar. Aku hampir tidak ingat pernah mengatakan itu. Namun, bagi mereka, mungkin kata-kata seperti itu seperti api kecil di tengah malam gelap.

Tobias melanjutkan, “Setelah kau hilang, kami memutuskan tidak lagi pasrah. Kami mencari cara untuk kabur. Ada satu penjaga yang tiba-tiba berubah pikiran. Katanya ia bermimpi tentang seorang laki-laki asing yang memintanya membuka pintu bagi para tawanan… itu kau, Brother!”

Aku menelan ludah.

“B-bukan aku, Tobias. Aku tidak pernah muncul dalam mimpi siapa pun. Aku saja bingung kenapa bisa terus isekai.”

Lihat selengkapnya