Kalian pasti sudah sering mendengar nama Hermes. Tapi aku berharap kalian tidak hanya mengenalinya sebagai merek tas yang mahalnya kelewatan itu. Sungguh, pemakaian namaku sebagai merek tas, betapa pun mahal harganya, bagiku adalah penistaan atas Dewa serba bisa dan cerdas sepertiku. Apalagi aku tak mendapatkan royalti sepeser pun atas penjualannya. Alih-alih, akhir-akhir ini aku malah sering terserang migren karena namaku jadi sering masuk daftar barang bukti di kasus korupsi dan penipuan. Jarang sekali yang mengenali Hermes sebagai diriku, Dewa Olimpia, sekretaris pribadi sekaligus juru bicara Dewa Zeus Yang Agung. Itu artinya aku harus bisa apa saja. Aku harus hapal seluruh isi alam raya, harus menguasai seluruh bahasa dan mengenal semua suku bangsa yang ada, harus bisa membaca semua jenis huruf di dunia, harus tahu semua resep masakan, harus ingat semua istri simpanan Dewa Zeus sekaligus mengatur jadwal berkunjung Zeus kepada para istri simpanannya tanpa ketahuan Dewi Hera (kuyakinkan kalian itulah tugasku yang paling sulit).
Jangan kalian bayangkan Dewa Zeus dengan kedudukannya yang agung, pemegang tahta tertinggi Olimpia, lantas dia akan duduk tenang menjaga sikap berwibawa di singgasananya yang megah. Kalau saja dia seperti itu pastinya akan lebih bagus bagiku. Kenyataannya, Zeus adalah Dewa yang sembrono, jail, mata keranjang, dan kadang suka bertingkah kekanakan. Terutama kalau sudah menyangkut kegemarannya bermain tongkat. Zeus dengan senang hati akan mengayunkan tongkatnya kian kemari asal dia merasa punya alasan atau karena dia sedang ingin saja melakukannya.
Masalahnya, setiapkali Zeus mengayunkan tongkat, itu berarti ada petir yang menyambar ke bumi. Jadi jika di suatu pagi yang cerah, dan kau merasa cuacanya bagus untuk membawa anjing kesayanganmu jalan-jalan di taman, lalu tiba-tiba "blaaarrr!", dan kau dapati anjingmu berubah jadi seonggok arang, bisa jadi itu hanya karena Zeus sedang iri padamu, sebab dia tak pernah bisa memiliki seekor anjing untuk diajak jalan-jalan.
Bicara soal tongkat petir Dewa Zeus, aku selalu ingat satu peristiwa di mana Zeus akhirnya kena batunya. Jadi begini, aku punya satu ruang kerja pribadi yang di dalamnya ada berbagai macam peralatan dengan tingkat kecanggihan yang pasti tak pernah kau bayangkan. Jika kau menyebut gawai yang kau pegang di tanganmu sekarang ini sebagai gawai pintar, maaf saja. Gawai pintarmu itu terlihat idiot jika dibandingkan dengan peralatan di ruang kerjaku.
Suatu kali, kupergoki Zeus sedang asyik mengulik-ulik salahsatu alatku. Itu adalah suatu layar yang didalamnya tersimpan semua data seluruh galaxi dan planet di alam raya sekaligus membuka portal akses menuju tempat yang kita inginkan. Entah kapan dan kenapa Zeus menyusup ke ruanganku. Yang jelas, aku merasa akan ada kekacauan yang ditimbulkan Zeus sesudahnya.