ISLAM

AkuOsa
Chapter #1

1

Katanya putus cinta itu soal biasa. Tetapi, bagi Habbah putus cinta itu seperti semua mati rasa. Di dalam raganya tidak ada semangat bertahan hidup. Bahkan dia tidak tahu akan sampai minggu depan atau tidak. 

Dia kira laki-laki yang saat ini bergelar mantan pacarnya adalah sosok yang akan menjadi tempat tulang rusuknya kelak. Bahkan, Habbah sudah berkhayal akan pernikahan impiannya. Bukan tanpa sebab dia seperti itu. Laki-laki bernama Azka memang terkesan serius, bahkan sering kali Habbah berkunjung ke rumah orang tua Azka. Mereka pun sudah dekat satu sama lain.

Seumur hidup dia hanya pernah jatuh cinta oleh satu laki-laki. Makanya Habbah yakin kalau dengan Azka pasti akan sampai bahtera rumah tangga. Naas, hanya karena suatu alasan yang jelas sangat dibuat-buat menjadi titik akhir hubungan mereka.

"Kakak denger-denger kamu baru putus sama Azka?"

Habbah melirik Havis, kakaknya dengan ekor matanya. Merasa kalau pertanyaan Havis tidak membutuhkan jawaban, Habbah kembali mengaduk makanannya tanpa berniat memakannya.

"Bagus, deh kalau udah putus. Nggak perlu lagi kakak buntuti kamu terus."

Habbah berdecak kesal, suasana hati yang tadinya buruk kini bertambah berjuta kali lipat. "Bisa diem nggak, sih."

"Apa bagusnya, sih Azka? Lelaki baik itu yang nggak ngajak ke jalan maksiat. Kalau mau serius, ya halalkan. Kalau merasa belum mampu ngapain ngajak pacaran," kata Havis menggebu. Seolah dia sangat puas akan berita putusnya adiknya itu.

Havis sendiri mendengarnya lewat mata-matanya. Orang yang pertama menentang hubungan Habbah dan Havis setelah kedua orang tuanya adalah dirinya. 

"Kakak udah ngomong gitu untuk yang ke 99 kali dihitung dari awal aku pacaran. Kalau sampai seratus nanti aku buatin tumpeng, biar sekalian syukuran. Habbah mau berangkat, bilangin abi sama umi kalau pulang agak sore."

"Nggak mau dianter?"

"Nggak usah," jawab Habbah ketus.

Havis terkekeh pelan. Sebenarnya dia tidak tega melihat kondisi adiknya saat ini. Habbah benar-benar seperti mayat hidup. Akan tetapi inilah yang terbaik.

***

Apa kalian pernah mendengar di luaran sana mahasiswa yang katanya salah jurusan? Sudah memasuki beberapa semester tetapi ternyata hatinya tidak sejalan dengan yang sedang dijalaninya. Biasanya disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, karena memilih jurusan yang sama dengan teman. Kedua, memilih jurusan yang penting diterima di PTN. Ketiga, dipaksa orang tua.

Jika kalian saat ini mengalami hal yang seperti itu maka kalian juga sama dengan Habbah. Gadis itu merasa kalau dia memang salah jurusan sejak di semester tiga. Memilih prodi manajemen karena Ihya, sahabatnya sudah lebih dahulu diterima lewat jalur undangan. Alhasil dia ikut-ikutan dengan mendaftar di manajemen lewat jalur tes, beruntungnya dia lolos walau otaknya pas-pasan.

"Kenapa lagi, sih?" tanya Ihya ketika mendapati Habbah mengerucutkan bibirnya.

"Gua putus sama Azka."

Lihat selengkapnya