Kunci Sukses Dakwah Nabi
Beberapa waktu lalu, dalam acara bedah buku Menembus Palestina, karya Peggy Melati Sukma, hadir Luai Mustafa Sublaban, seorang terapis dari Palestina, sebagai salah satu pembicara. Luai Mustafa Sublaban sebenarnya datang ke Indonesia dalam rangka mencarikan dana pembuatan tangan dan kaki palsu untuk anak-anak korban perang Palestina. Pada kesempatan itu, dia menjelaskan kondisi Palestina yang semakin hari semakin digerus penguasa Israel. Tanah Palestina perlahan-lahan dikuasai Israel, kini hanya tersisa sekitar 10%, itu pun disekat-sekat dengan tembok besar pelindung pemukiman Yahudi yang memisahkan antara satu daerah Palestina dan daerah lainnya.
Setiap saat, warga Palestina yang akan keluar ke daerah lain, diharuskan melewati gerbang pemeriksaan tentara Israel yang bisa saja berujung kematian—sedikit saja ada gerak-gerik yang dicurigai, mereka langsung ditembak mati. Kematian adalah pemandangan biasa bagi rakyat Palestina. Seolah Israel memang menginginkan bangsa Palestina hilang dari peta dunia. Tapi dengan segala keterbatasan, anak-anak Palestina tetap belajar, mereka tetap bertahan hidup, dan terus berusaha menjalin hubungan dengan dunia luar. Hanya dengan itulah, mereka bisa menjaga eksistensi bangsa Palestina.
Belakangan ini, seolah menggantikan metode intifada yang terkenal di era 80-an, rakyat Palestina memilih strategi “perlawanan” yang berbeda terhadap Israel. Alih-alih melakukan perlawanan frontal, mereka melakukan pendekatan dialog dan hubungan antaragama, yang mencakup masyarakat Islam, Kristen, dan Yahudi. Melalui gerakan itu, masing-masing penganut agama disadarkan bahwa sebagai umat yang sama-sama percaya kepada Tuhan yang satu dan sama-sama percaya bahwa setiap perbuatan ada konsekuensinya di akhirat kelak, tidak seharusnya saling membunuh hanya karena memperebutkan tanah. Keimanan yang dimiliki setiap pemeluk agama, semestinya mengajarkan bahwa kebaikan sekecil apa pun akan dibalas dengan kebaikan, begitu pula sebaliknya, kejahatan akan dibalas dengan hukuman. Luai Mustafa Sublaban sangat optimis pendekatan seperti ini akan lebih berhasil, meskipun dia juga bisa memahami orang-orang yang geram dan melakukan perlawanan frontal terhadap Israel.
Kalau kita belajar dari Nabi Saw. pendekatan persuasif adalah kunci keberhasilan beliau. Kekuatan dakwah Nabi Saw. justru pada pendekatan kasih sayang dan perilaku lemah lembut beliau. Firman Allah berikut mempertegas bahwa sekiranya Nabi Saw. bersikap keras dan kasar maka bisa dipastikan dakwah beliau akan gagal.