ISSUES

Athar Farha
Chapter #2

Antara Dusta dan Fakta

“Maaf aku telat. Seharusnya kita mendiskusikan ini di ruang privasi, bukan di ruang tunggu gedung pengadilan. Yah, meskipun fungsinya tidak jauh berbeda, setidaknya akan lebih terjaga apabila ada pembahasan yang sangat rahasia. Sekarang beri aku penjelasan, atau setidaknya buat aku yakin jika kamu memang tidak bersalah.” Mataku memandang lekat wajahnya yang sayu. 

 Kami duduk saling berhadapan, tetapi dia menunduk. Meja kayu persegi berwarna gading dan tas hobo berwarna merah berisi bermacam-macam berkas penting menjadi pembatas jarak.

Selang sepersekian detik dia memberanikan diri menatap balik sorot mataku. “Sudah berapa tahun kita berteman semenjak perpisahan? Apa aku mampu menyembunyikan kebohongan? Sumpah itu bukan perbuatanku.”

“Berteman semenjak perpisahan?” Aku mengernyitkan kening. “Kamu menghilang, Pras. Jangan pernah lupa kebohonganmu dulu.” Aku menatapnya lekat. Semakin lekat. Hanya untuk menyelisik raut wajahnya, yang sepertinya tidak memperlihatkan guratan-guratan dusta. 

Keputusasaan seolah-olah meredupkan seluruh lekuk wajahnya, Pras masih saja meratap di dalam ruang tunggu pengadilan. Hingga detik ini, sorot matanya masih mewakili rentan hati yang teramat pedih, setelah vonis seminggu lalu.

Pras memandangku. “Aku bukan pembunuh, Ras.”

Aku membuang muka. Tidak menanggapi.

“Ras ....”

Aku mengembuskan napas panjang, lalu menatapnya dengan memaksakan diri tersenyum. “Biarkan aku berpikir dulu.”

“Kamu membutuhkan waktu percaya padaku?”

Aku mengerutkan kening. “Jika alasan berteman dijadikan alat penyokong kepercayaan itu mustahil. Aku butuh lebih! Setidaknya agar keyakinan ini tidak salah tempat.”

“Apa yang harus dijelaskan lagi?”

“Kronologi kejadian itu!” desakku.

“Dia berniat membunuhku.”

Lihat selengkapnya