Blurb
Kadang, kita nggak butuh dipaksa jadi hebat. Cuma butuh diyakinkan: bahwa suara kita itu cukup. Karya kita itu layak. Dan mimpi kita itu sah. Dari keresahan tentang anak muda yang jago tapi minder, lahirlah Percikan Berani, Jaga Nilai—gerakan yang pengen nyalain lagi semangat berkarya dengan keberanian dan tanggung jawab. Biar kita nggak cuma ngikutin tren, tapi juga nemuin suara asli kita sendiri.
Tapi ya, niat baik nggak selalu disambut tepuk tangan. Ada yang nyinyir, ada yang nyabotase, bahkan ada yang sengaja bikin program ini kelihatan gagal. Parahnya lagi, di balik semua itu, ternyata ada luka lebih dalam—dari rakyat yang ditindas, dikriminalisasi, diseret hukum yang bengkok dan berat sebelah.
Dari situ, gerakan ini nggak cuma soal kreativitas. Ini jadi panggilan hati buat beresin hal yang lebih mendasar: menegakkan keadilan. Bukan gaya-gayaan, tapi lewat langkah nyata—kayak ngajak Ratna Dewi, sosok jujur dan tangguh, buat ngebenerin sistem hukum dari dalam. Pelan-pelan, keadilan buat orang kecil mulai pulang ke tempatnya.
Dan mungkin, itu intinya: gerakan ini bukan soal idealisme muluk. Tapi tentang ngebuktiin, kalau negara bisa hangat sekaligus tegas. Bisa percaya sama anak mudanya, dan berani membela yang tertindas.
Karena negara yang baik... bukan cuma yang punya gedung tinggi dan aturan rapi. Tapi yang tahu cara merawat mimpi rakyatnya—dari karya sampai keadilan.