Akhirnya, Asma bisa menyaksikan sendiri sekarang mengapa Alhambra layak jika menyandang status UNESCO World Heritage, padahal dia baru menjangkau ujung dari Generalife, area yang dulunya berfungsi sebagai kebun dan taman musim panas di dalam Alhambra. Kompleks Generalife sendiri dibangun sekitar akhir abad ke 13 sampai abad 14[1] yang terdiri dari istana musim panas, kebun-kebun, kolam air mancur, dan taman air yang langsung terhubung ke Istana Utama Alhambra
Sebenarnya, seumur hidupnya, baru kali inilah Asma pergi ke luar negeri. Seorang diri pula, langsung menuju kota antah berantah di Selatan Spanyol yang namanya tidak sefamiliar Madrid atau Barcelona, kota-kota besar yang lebih akrab di telinga turis internasional
Namun, Asma tidak merasa itu sebagai sebuah kenekatan yang mengkhawatirkan dibandingkan banyak bahaya dan rasa sakit yang sudah Asma alami dalam hidupnya. Terbang sendiri menjelajah benua asing, berada di tempat yang asing seorang diri seolah hanya perkara kecil sekarang. Bukannya Asma juga sudah pernah terombang-ambing antara hidup dan mati?
Asma seperti merasakan desir angin yang membelai daun-daun jeruk dan palem yang di tanam di setiap jengkal tanah Generalife, seperti membawa kembali suasana masa lampau di dalam tempat ini. Ketika Granada masih berada pada masa kejayaan dan keagungannya.
Selain taman Jardines Nuevos yang berbentuk labirin tanaman raksasa, di dalam Generalife juga terdapat istana dengan lima ruang atau lima tempat utama[2] yang dipisahkan oleh tembok, pilar, atau teras-teras bebatuan. Namun, dua tempat yang paling indah di Generalife menurut informasi dari Tourism Guide Book milik Asma, adalah Pelataran Air atau Irrigation Ditch dan Tangga Air. Asma memutuskan untuk menuju kesana.
Karina-adik bungsu Zaid, teman kerja Asma-yang sedang menempuh studi master di Granada University sudah mengingatkan Asma agar memakai pakaian santai dan sepatu yang nyaman kalau ingin menelusuri Alhambra, tetapi waktu itu Asma merasa ankle boot kulit berwarna cokelat yang biasa dipakainya kemana-mana tidak akan menganggu untuk perjalanan ini. Asma juga merasa tidak ada yang salah dengan rok plisket pink pastel, serta kemeja putih lengan panjang yang dipakainya sekarang. Apalagi syal pashmina putih berbunga-bunga yang membungkus kepala Asma ternyata sangat menolong di cuaca terik seperti ini. Namun, akhirnya Asma menyadari dia kesulitan ketika Asma memasuki pelataran istana yang luar biasa luas dan jarak antara satu tempat dengan tempat lain ternyata sangat jauh, Asma mulai merasa kehabisan napas.
“Butuh bantuan?”
Asma sedang bersandar kelelahan di salah satu tiang di Pelataran Air sambil memijat-mijat betis kakinya, ketika mendengar suara seseorang. Saat Asma menoleh, dia melihat Ridwan sedang berdiri tidak jauh dari tempat Asma bersandar. Ternyata, Ridwan juga sedang berada di tempat ini.
“Nggak apa-apa kok,” jawab Asma sambil tersenyum diantara napasnya yang ngos-ngosan, Ridwan tersenyum geli melihat kondisi Asma.
“Baru pertama kali ya ke Alhambra?” Ridwan bertanya sambil menghampiri Asma.
Asma mengangguk.
“Kalau baru pertama, sebaiknya cari informasi yang akurat tentang tempat wisata yang mau di datangi, jadi pakaiannya juga bisa menyesuaikan,” ucap Ridwan sambil melirik ke bawah, melihat sepatu runcing yang dipakai Asma.
“Yah, itulah salahnya. Saya buru-buru kesini,” sahut Asma sambil berusaha berdiri, sekarang dia berhadapan lagi dengan Ridwan yang berpakian jauh lebih nyaman daripada Asma. Laki-laki itu membawa ransel bepergian, memakai kaus oblong putih dengan kemeja merah yang tidak dikancing, jeans, dan running shoes.
“Sendiri aja ini?” tanya Ridwan lagi sambil menoleh kekanan dan kekiri, mengira Asma datang bersama orang lain.
“Iya.”
“Berani sekali.” Ridwan terkejut menatap Asma dengan mata terbelalak.
“Ya, tapi saya punya teman yang lagi sekolah disini. Di Granada University. Selama disini saya tinggal sama dia.”
“Oh ....,” mulut Ridwan membulat. “Terus, kenapa nggak pergi bareng temannya aja? Alhambra besar dan luas lho.”
Asma hanya tersenyum. Dia punya alasan yang tidak bisa diungkapkan ke orang lain. Terlebih ke orang yang baru dikenalnya.
“Pengen sendiri aja, lagipula jam-jam segini dia masih sibuk di kampus.”