Istana Terakhir

Lasabica
Chapter #9

Chapter #9

Perempuan itu datang. Maksudku, ia tidak akan pernah datang

-Darwish-

Ridwan masih tercengang di kursinya, ketika ingatan itu akhirnya utuh. Sangat mungkin, Asma adalah waitress itu. Namun, sulit dipercaya! Setelah kejadian itu, bertahun-tahun kemudian mereka bertemu lagi di Alhambra.

“Ehm.”

Ridwan menoleh, dia tersadar mendengar deheman Faisal.

“Terus, setelah itu, kamu juga beberapa kali berpapasan sama dia di kampus, kan? Kamu pernah cerita waktu itu. Inget?”

Ridwan tercenung dengan pertanyaan Faisal. Dia berusaha mengingat, sampai dia ingat semua potongan interaksi yang pernah terjadi antara dirinya dengan Asma.

Hari itu, hari pertama kembali masuk kuliah setelah libur semester dan tahun baru. Ridwan melihat gadis itu keluar dari sebuah kelas dengan kepala tertunduk. Entah kenapa firasat Ridwan sangat kuat, jadi dia mencoba berjalan di dekat gadis itu dan kemudian yakin bahwa gadis itu adalah waitress yang dia lihat di malam tahun baru.

“Hai,” Ridwan menegur gadis itu sambil mengikutinya berjalan di sisinya.

Gadis itu berhenti, dia lalu mengangkat kepalanya, dan matanya melotot melihat Ridwan. Dari ekspresinya Ridwan tahu, gadis itu belum melupakannya. Sosok Ridwan juga gampang diingat kan? Rambut gondrong, wajah yang tak bercukur, baju serampangan...

“Kamu...”

Namun, gadis itu tiba-tiba berjalan, mempercepat langkahnya berusaha mencapai ruang kelas yang lain tetapi dia kemudian memekik kecil ketika Ridwan berhasil menarik lengan hingga tubuh gadis itu berbalik menghadapnya. Wajah mereka berhadapan, mata mereka saling menatap, dan Ridwan bisa melihat beberapa noda samar yang tertutup riasan tipis di wajah gadis itu.

“Kamu waitress di Hola Cafe, kan?”

Mata gadis itu semakin membesar, dia terlihat sangat panik dan ketakutan ketika berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Ridwan. Namun, tentu saja kekuatan tangan Ridwan tidak akan bisa dilawan oleh gadis bertubuh kurus seperti dirinya. Gadis itu menyerah.

“Betul, kan?” Ridwan bertanya dengan nada mendesak.

Gadis itu akhirnya perlahan-lahan menganggukkan kepalanya, sambil terus menatap Ridwan ketakutan. Ridwan lalu melepaskan cengkeraman tangannya ke lengan gadis itu. Dia berdiri tanpa kata di depan gadis itu selama beberapa saat.

“Kamu ternyata mahasiswi sini, ya?”

Jawaban Ridwan hanya dijawab oleh anggukkan kepala lagi. Namun, kemudian,

Lihat selengkapnya