Cinta adalah satu-satunya hal yang dapat membebaskan kita dari diri kita sendiri
-Darwish-
Sebelum Asma berangkat, Ridwan sudah mengiriminya chat berisi nama tempat dimana dia menunggu Asma. Asma hanya membalas singkat, lalu bersiap-siap. Sebelum pergi, Asma kembali memandangi wajahnya yang sudah rapi tertutupi riasan: nyatanya masa lalunya masih ada disana, masih terus mengejarnya sampai ke ujung dunia. Asma memalingkan wajah, lalu beranjak, setelah memasang flat shoes-nya dia membuka pintu dan berjalan keluar.
***
Asma bisa melihat Ridwan duduk di salah satu bangku di tétéria [6] yang berada di sekitar Plaza Nueva. Laki-laki itu memakai kemeja cokelat sekarang, satu kancing di kerah lehernya terbuka. Rambut gondrongnya tetap terkuncir rapi seperti biasa, tetapi dia sepertinya memang enggan untuk bercukur. Laki-laki itu sedang menunduk, menatap sesuatu di layar ponsel, secangkir minuman yang mengepulkan asap tampak di dekat tangan Ridwan, mungkin dia sedang membaca karena jari jemarinya tak tampak bergerak. Asma yang sempat mematung sebentar di pintu pun buru-buru masuk ketika menyadari sikapnya membuat seorang pelayan mendekat.
“Assalamu’alaikum, Ridwan,” sapa Asma pelan.
“Waalaikumsalam. Oh, sudah datang! Ayo duduk!” Ridwan yang mengangkat kepalanya langsung tersenyum dan menunjuk sebuah bangku kosong di depannya. Dia pun melepas ponsel yang dipegangnya di atas meja. Layarnya masih menyala.
Asma yang baru saja duduk tak sengaja melihat ke arah layar ponsel Ridwan. Ada sebuah tulisan disana, entah berasal dari e-book atau dari sebuah situs, tapi Asma bisa membaca judulnya dengan jelas: Romantika Alhambra, jantung Asma langsung berdebar keras.
“Gimana? Kamu sehat?” Ridwan membuka percakapan setelah Asma duduk.
Asma menganggukkan kepalanya, raut wajahnya seperti bersalah. “Saya minta maaf dengan chat saya kemarin. Setelah saya pikir ulang, saya mungkin bikin kamu takut.”
Ridwan menautkan kedua tangannya di atas meja. “Memang. Saya takut kamu kenapa-napa.”
Asma membisu.
“Kamu diteror lagi sama mantan kamu?”
Pertanyaan Ridwan membuat Asma mengangkat kepala karena tersentak kaget. Ridwan tahu.
“Firasat saya bilang gitu,” Ridwan menambahkan.
Asma menganggukkan kepala pelan.