Istana Terakhir

Lasabica
Chapter #17

Chapter #17

Tidak ada yang lebih sulit dari jiwa, selain bau mimpi, saat mereka menguap

-Darwish-

Tanpa menjawab pertanyaan Asma, Ridwan lantas membuka ranselnya dan mengambil sebuah notebook kecil dan pulpen. Setelah membuka halaman bergaris dan menuliskan sesuatu disana, Ridwan menyodorkan notebook itu ke tengah meja supaya Asma bisa membaca tulisannya:

Granada - Alhambra- Tuhan - surga

Setelah membaca tulisan Ridwan, Asma mengangkat kepalanya, menatap pria itu dengan pandangan bertanya.

“Apa maksudnya ini?” Asma bertanya.

“Ini alur perjalanan kita selama ini,” Ridwan menjelaskan. “Granada adalah tempat dimana semua ini terjadi dan tempat Alhambra dibangun, kedua hal itu merepresentasikan spiritualitas tentang hubungan Tuhan dan surga,” dia melanjutkan.

“Lalu?”

“Zaid bilang kamu bisa menemukan surga di Alhambra kan. Memang, itulah puncaknya. Zaid mau kamu mencari tahu kenapa ada surga di Alhambra, jawabannya dari semua hal yang pernah kita bicarakan sejak pertama kali bertemu.”

Asma tidak menanggapi, pikirannya dipenuhi oleh semacam perenungan dan memori sejak ia tiba di Alhambra.

“Asma,” Ridwan berkata sambil menarik kembali notebook-nya. “Zaid sepertinya ingin kamu kembali ke jalan Tuhan. Alhambra memang adalah simbol surga yang dia ingin kamu lihat langsung dengan mata kepala sendiri. Bagaimana cara kamu menuju ke surga itu - Alhambra maksudnya - adalah dengan memahami perjalanan dan sejarah tentang Granada itu sendiri.”

Namun, Asma malah mengerutkan dahi. “Kalau begitu, kenapa Mas Zaid langsung secara spesifik menyebutkan saya harus ke Alhambra? Seharusnya, kalau dia ingin saya melakukan perjalanan spiritual yang panjang seperti ini, dia nggak akan langsung bilang saya harus ke Alhambra, kan?”

Kali ini Ridwan yang tidak bisa menanggapi. Pikiran Asma juga ada benarnya. Ah, Zaid! Ridwan bersorak di dalam hati. Kenapa kamu harus serumit ini terhadap Asma?

Ridwan kemudian melirik jam di ponselnya, sudah lewat tengah hari. Sebenarnya, Ridwan ingin sekali kembali ke Alhambra bersama Asma sekarang, tetapi itu tidak mungkin. Untuk masuk ke Alhambra, setidaknya harus memesan tiket lebih dulu, kalaupun bisa langsung membeli tiket di tempat harganya jauh lebih mahal. Lagipula, waktu setengah hari tidak akan cukup untuk mengeliling Alhambra sambil mengamati setiap sudut istana-istana di Alhambra secara mendetail.

“Hari ini masih mau menjelajah lagi nggak?” akhirnya Ridwan bertanya kepada Asma.

Lihat selengkapnya