Istana Terakhir

Lasabica
Chapter #28

Chapter #28

Mengapa hati begitu begitu terasing dalam dua dunia? Itu disebabkan Tuhan Yang Tanpa Ruang

-Rumi-

“Ridwan? Ridwan!”

Ridwan mengeluarkan suara erangan pelan.

“Dokter!” terdengar suara teriakan seseorang. Kemudian, suara derap langkah.

Ridwan melihat seberkas cahaya seperti cahaya lampu memasuki indera penglihatannya. Ridwan mengerang sekali lagi, lalu dia melihat seorang laki-laki setengah baya berjas putih menunduk di atas kepalanya. Laki-laki memeriksa pupilnya, kepalanya, detak jantungnya, lalu dia menegakkan badannya dan berbicara dengan seseorang di sampingnya. Ridwan mengerjapkan matanya beberapa kali lagi, berusaha melihat dengan lebih jelas.

“...membaik. Hanya gegar otak sedikit dan luka lecet, selebihnya baik-baik saja.... bisa pulang dalam waktu dua atau tiga hari.... kalau bandara suda dibuka....”

Samar-samar Ridwan mendengar laki-laki paruh baya itu berbicara. Ridwan berusaha bangkit, seorang perawat dengan sigap menyadari tingkah Ridwan, dia lalu membantu menegakkan tubuh Ridwan dan mengganjal punggungnya dengan bantal. Ridwan meraba kepalanya, ada lilitan perban yang cukup tebal disana.

“...sudah sadar! Baiklah, saya tinggal dulu!”

Ridwan melihat laki-laki yang ternyata seorang dokter itu tersenyum sekilas ke arahnya lalu dia berjalan menyibak tirai. Faisal, langsung menyerbu tepi ranjang rumah sakit begitu melihat Ridwan sudah bersandar tegak.

“Alhamdulillah!” teriak Faisal sambil menepuk-nepuk pundak sahabatnya itu.

“Ah,” Ridwan mengerang lagi sambil meraba kepalanya.

“Jangan dipegang-pegang dulu!” Faisal mengingatkan. Dia menarik kursi supaya bisa duduk di samping tempat tidur Ridwan.

“Pandu kabur ya?” tiba-tiba Ridwan bertanya kepada Faisal yang memandang Ridwan dengan bingung.

Lihat selengkapnya