Andai aku berkelana pada gumpalan awan. Lalu kembali sebagai sungai yang berangkat dari rumahmu
-Faruk Juwaidah-
Asma masih duduk di pojok ruangan yang remang-remang. Ponselnya tergeletak di dekat kaki, layarnya memperlihatkan sebuah chat yang terbuka dari nomor yang tak dikenal. Chat yang berisi ancaman Pandu untuknya dan Ridwan!
Asma terisak, dia memang manusia tanpa harapan. Bahkan, ketika dia merasa sudah pergi jauhnya ke seberang benua pun Pandu ternyata masih bisa menemukannya. Dan, Pandu tahu Asma bersama Ridwan!
Ridwan ikut terseret bahaya gara-gara dirinya! Asma membatin merana.
Kamar apartemen Karina terasa bertambah mencekam dan menakutkan. Asma menekuk kedua lutunya, kemudian mememeluk dirinya sendiri. Diantara isak tangis ketakutannya, Asma memutuskan bahwa ini tidak boleh terjadi lagi! Pandu tidak boleh menyakiti orang lain! Asma harus melakukan sesuatu. Dia harus menjauh dari Ridwan.
***
Asma hampir menjerit ketika dia merasakan kelopak matanya membuka dan sinar terang yang menyilaukan masuk ke dalam matanya. Tubuhnya mengejang sesaat seperti tersetrum, lalu dia terengah-engah. Asma terkejut. Dia merasakan udara keluar dari dada, mulut, dan hidungnya. Gemetar, Asma mencoba mengangkat tangan ke depan wajah, jari-jari tangannya utuh, tetapi lengannya dipenuhi bekas hitam dan kebiruan. Asma mencoba mengangkat satu tangan lagi tetapi ternyata ada selang infus yang membuatnya sulit bergerak. Matanya terbelalak. Infus?
Asma lalu mencoba menajamkan penglihatannya, dia melihat jendela besar berwarna putih di kanan kirinya, dan tembok putih besar yang mengelilingnya. Apa dia di alam kubur? Asma membatin ketakutan. Apa dia sudah mati? Apa Pandu menemukannya? Lalu...bagaimana Ridwan?
“Asma!”
Asma terlonjak karena kaget ketika pintu terbuka. Asma melihat seseorang yang dikenalnya masuk. Mas Zaid.
“Asma! Alhamdulillah. Allahu Akbar!” Zaid yang berdiri di samping tempat tidur mengangkat kedua tangannya sepert berdoa lalu mengusap wajahnya.
“M...Mas...Zaid,” Asma berusaha berbicara.
“M...Mas... Sa... saya udah..m...mati...kan?!”
“Sssttt...” Zaid berbisik agar Asma tenang. “Banyak baca istigfar sekarang Asma. Allah masih menyanyangi kamu.”
“T...tapi... t..tapi....Ridwan Mas...Ridwan dalam ba...haya...”