Kamu terlahir dengan sayap. Mengapa memilih untuk merangkak melewati hidup
-Rumi-
Ridwan sekarang merasakan perbedaan yang begitu besar ketika menginjakkan kakinya lagi di Jakarta. Dia menatap jalanan yang selalu padat merayap, orang-orang yang berjalan serba cepat, cuek, dan bersuara nyaring disana sini, Dulu, Ridwan tidak peduli dengan sekitarnya, karena tujuannya ke Jakarta hanya untuk menemui Isabel saja, mungkin Ridwan tidak sadar kedatangannya sekedar merawat hubungan yang ternyata selama ini dibangun di atas kebohongan dan tipuan Isabel. Sekarang, Ridwan datang untuk membangun hubungan yang memang ingin dilakukannya sendiri. Itulah perbedaannya.
Sebelum menemui Asma, Ridwan sudah bertemu Roby sebelumnya. Pengacara muda itu menjelaskan beberapa aktivitas Asma selain kembali bekerja di kantor.
”Saya mendaftarkannya untuk mencoba perawatan di beberapa psikiater dan psikolog, dan perkembangannya bagus,” ujar Roby saat dia dan Ridwan makan siang di sebuah tempat makan di kawasan SCBD. “Asma memiliki kesadaran penuh untuk memperbaiki diri, itu yang paling membantu,” Roby menambahkan.
Ridwan termenung sebentar. “Apa dia bilang kenapa dia begitu ingin cepat pulih?”
Roby mengangguk sambil menusuk pastanya di dalam piring. “Dia bilang ingin banyak belajar soal agamanya, ingin mengenal Tuhan. Itu bagus, Wan. Kebanyakkan orang sembuh karena akhirnya ingin bertobat dan kembali ke jalan Tuhan.”
Ridwan terdiam, dia tahu yang dimaksud Roby karena dia yang menjalani pengembaraan spiritual itu bersama Asma.
***
Kedua orangtua Asma menerima kedatangan Roby dengan senang sekaligus bingung dengan Ridwan. Roby menjelaskan bahwa kedatangannya hari ini hanya untuk mengantarkan Ridwan, karena sebetulnya yang banyak berhubungan dengan kondisi Asma sejak awal adalah Ridwan, setelah itu Roby pun pamit.
“Jadi... apa Nak Ridwan ini teman kuliahnya Asma dulu, ya?”Bu Abbas mencoba memperjelas cerita yang pernah dia dengar dari Asma.
Ridwan mengangguk sopan. “Ya. Tapi, kami berbeda angkata, Bu. Saya setahun di atas Asma.”