Istana Terakhir

Lasabica
Chapter #37

Chapter #37

Beritahu aku ujung sebuah perpisahan. Aku akan menunggumu disana

-Darwish-

“Jadi, sudah ngobrol banyak dengan ayah dan ibu saya?” Asma meletakkan secangkir teh panas yang lupa disiapkan ibunya untuk Ridwan.

Ridwan sudah memberi kabar sebelumnya kepada Asma kalau dia akan datang hari ini, jadi Asma langsung pulang begitu sesi terapinya selesai. Di rumah dia mendapati Ridwan sedang duduk berhadapan dengan kedua orangtuanya di ruang tamu. Asma meminta izin untuk berganti pakaian sebentar, tetapi setelah dia kembali ternyata ibunya sudah berada di dapur belakang menyerahkan cangkir teh kepada Asma. Lalu, ketika Asma muncul di ruang tamu, ayahnya berdiri dan hanya mengatakan:

“Ridwan sudah lama menunggu kamu.” Lalu beliau pun pergi ke belakang.

“Diminum, Wan, maaf tadi ibu lupa,” Asma mempersilahkan Ridwan.

Ridwan menurut, dia meraih cangkir teh itu dan meminumnya. Lalu, entah mengapa ada sesuatu di dalam rasa teh itu yang mengingatkannya pada rasa Capricho Al Andaluz di Granada yang membuatnya terkenang kembali dengan perjalanan imajinya bersama Asma.

Ridwan mengamati wajah Asma sesaat, masih ada sisa riasan tipis di wajah itu yang sengaja Asma biarkan untuk menyamarkan bekas memarnya.

“Jadi, kamu belum masuk kantor lagi, kan?” Ridwan bertanya.

“Belum. Kantor pusat memberi saya waktu dua minggu untuk menyiapkan diri masuk kantor lagi, tapi saya udah konsultasikan dengan Roby dan para dokter, dan mereka bilang perkembangan saya untuk pulih cukup bagus dan cepat jadi mungkin bisa segera masuk dalam waktu yang ditentukan.”

“Syukurlah... Roby juga bilang begitu, saya senang mendengar kamu cepat membaik, Asma. Oya... waktu ditelpon dulu, saya sudah bicarakan soal rencana untuk membuka kembali kasus Pak Abbas, kan?”

Asma menganggukkan kepalanya. “Prosesnya berjalan bersamaan dengan proses cerai saya, kata Roby bisa selesai dalam beberapa bulan lagi.”

Lalu keduanya terdiam.

“Kalau semua sudah selesai, kamu punya rencana?” Ridwan bertanya lagi.

Asma berpikir sebelum menjawab. “Saya udah sering bicarakan sama ayah dan ibu soal itu. Kami ingin memulai hidup baru, kembali lagi dari awal. Jadi, untuk pertama jelas saya akan membeli rumah baru untuk tempat tinggal kita. Tapi...saya belum tahu dimana.”

“Kalian akan tetap di Jakarta?”

Asma tidak menjawab.

“Keluarga ibu semuanya berasal dari sekitar Jabodetabek. Tapi, setelah ayah terkena masalah itu, nggak ada satupun dari mereka mau berkomunikasi lagi dengan kita. Sementara, keluarga ayah semuanya di Surabaya, tapi... tapi... saya rasanya belum sanggup kalau harus kembali kesana lagi,” Asma akhirnya menjelaskan.

Lihat selengkapnya