Istana Terakhir

Lasabica
Chapter #38

Chapter #38

Jika seribu orang lain mencintaimu, maka mereka hanya akan mencintaimu setetes saja... Aku telah melihat banyak mata, dan aku hanya tersesat di matamu

-Darwish-

Bu Abbas memperhatikan banyak perubahan ketika Asma dan keluarganya menjalani banyak proses untuk menyelesaikan semua permasalahan yang mereka alami. Perubahan yang paling mencolok adalah tentang suaminya yang terlihat bertambah bugar seiring dengan seringnya dia melangkahkan kakinya untuk sholat di masjid perumahan warga. Sama dengan yang dilakukan suaminya, putri bungsu satu-satunya itupun melakukan hal yang sama, diam-diam Bu Abbas sering terbangun menjelang shubuh dan mendapati putrinya sudah lebih dulu bersimpuh di atas sajadah di dalam kamarnya.

Ada perasaan yang asing dan aneh di dalam hati Bu Abbas ketika dia melihat perubahan itu, tetapi ketika lama-lama dia mencobanya, Bu Abbas seperti mendapati dirinya dialiri oleh air kesejukkan yang entah darimana datangnya.

Perubahan-perubahan itu ternyata memberi banyak kekuatan juga untuk keluarganya, ketika Asma akhirnya harus bolak-balik menghadiri sidang perceraian, juga ketika suaminya harus menghadapi jajaran manajemen kantor lamanya untuk membuka kembali kasus penggelapan dana yang membuat Pak Abbas terpaksa mengundurkan diri. Lalu, seperti di sulap ketika ada lebih banyak doa yang hadir di rumah mereka, semua itu menemui ujungnya.

Setelah lewat tahun baru, Roby akhirnya mengabarkan bahwa hasil gugatan cerai Asma sudah selesai, dan Pak Irwan pun sudah membuat perjanjian tertulis tidak akan pernah mengganggu atau mendekati Asma dan keluarganya lagi. Lalu, hasil mediasi dan musyawarah dengan pihak perusahaan pun berhasil, nama Pak Abbas dibersihkan dan dia mendapatkan kembali tidak hanya setengah tetapi semua uang yang sudah dia berikan ke perusahaan ditambah lagi dengan ganti rugi akibat pencemaran nama baik Pak Abbas.

“Rasanya seperti saat kita melakukan perjalanan di Granada waktu itu Ridwan. Ajaib dan rasanya seperti mimpi yang tidak nyata,” ucap Asma kepada Ridwan, ketika Ridwan melakukan panggilan video saat Asma mengabarkan hasil semuanya.

“Kamu ingat apa yang tertulis di dinding istana kan, Asma?” tanya Ridwan.

Asma tercenung. “Ya.”

“Tidak ada kemenangan selain Allah,” ucap mereka bersamaan.

Lalu, Asma terkejut sendiri.

“Sebenarnya, bagian dari diri kita yang mana yang pergi kesana?” Asma bertanya lagi sambil merenung.

“Mungkin jiwa kita,” Ridwan menjawab. “Saat raga kita mengalami hal buruk, jiwa kita mengembara mencari sesuatu untuk menyembuhkannya.”

“Jiwa?”

“Ya.”

“Apakah kita sempat mati kalau begitu?” Asma bertanya bingung.

“Entahlah. Itu bagian yang masih jadi pertanyaan juga buat saya.”

Mereka terdiam.

“Kapan kalian akan berangkat?” Ridwan kemudian bertanya.

Lihat selengkapnya