Ada banyak cara menuju Tuhan, tetapi aku memilih cinta
-Rumi-
“Ayahmu baik-baik aja, kan Ridwan?” mata Asma langsung melotot menatap Ridwan di seberangnya. “Beliau ... masih ....”
“Ayah saya masih hidup.”
Jawaban Ridwan membuat Asma yang tadinya hampir lemas kembali seperti bernyawa.
“Jadi ... apa ini artinya?” tanya Asma kebingungan.
“Ayah saya ... beliau melihat kita di Granada, Asma,” jawab Ridwan pelan.
***
Faisal dan Bu Alfan memasuki rumah dengan terburu-buru setelah diberitahu oleh Mbok Siti yang menyaksikan obrolan Ridwan dan ayahnya di teras belakang. Bu Abbas bergegas berjongkok di dekat kursi roda suaminya, memastikan keadaan suaminya, Faisal ikut berdiri di sebelah Ridwan. Namun, beberapa saat kemudian Professor Alfan kembali memberi isyarat bahwa dia tidak apa-apa, dan berusaha kembali memaksan mulutnya untu bicara.
“Jangan bicara!” seru Bu Alfan panik melihat suaminya yang kepayahan. Namun, Professor Alfan menggelengkan kepalanya.
“Ma ... na ... As ... ma ... di ... ma ... na ... a ... nak ... i ... tu ... ?”
Mata Faisal terbelalak, dia menoleh ke arah Ridwan yang bengong tanpa mengedipkan matanya ke arah ayahnya.
“Re ... cuer ... dos ... de ... la ... Al ... ham ... bra ... di ... sa ... na ....”
Mata Ridwan semakin membesar. Recuerdos de la Alhambra ... ? Ridwan memeras otaknya, mengumpulkan ingatan soal perjalanannya di Granada bersama Asma lalu ... mulutnya menganga lebar. Ayahnya itu ....
***
“Saya minta izin untuk membawa Asma ke keluarga saya.”
Kata-kata Ridwan disambut oleh kesunyian. Pak Abbas tidak berbicara sepatah katapun, sementara Bu Abbas menoleh menatap Asma dengan perasaan cemas.
“... juga mungkin sebaiknya saya dan Asma pergi ke Granada. Kita harus menuntaskan semua rahasia ini,” Ridwan melanjutkan setelah tak ada seorang pun yang menanggapinya.
Asma menatap Ridwan dengan tatapn tak percaya, kedua matanya tidak berkedip sama sekali.
“Namun, saya nggak akan membawa Asma kalau tidak dizinkan,” Ridwan masih melanjutkan.