Satu setengah tahun setelah gempa Lombok, ketika masyarakat sedang berbenah dan mencoba hidup normal kembali seperti sediakala, tetapi alam memiliki rencananya sendiri. Pandemi COVID-19 menghantui umat manusia di seluruh dunia. Bumi kembali bergolak, bergelut, dengan segala macam serangan kematian yang mengerikan. Asma dan Ridwan pun akhirnya juga harus menghadapi peristiwa baru diluar dugaan itu.
“Bagaimana keadaan disana?” Ridwan bertanya dalam suatu rutinitas panggilan video dengan Asma. Dia menatap wajah Asma yang sekarang benar-benar sudah tertutup rapi oleh hijab yang melingkari kepala dan lehernya.
“Entah kenapa, saya merasa lebih baik di sini. Bayangkan kalau saya dan keluarga masih tinggal di Jakarta dalam kondisi pandemi, kita pasti lebih menderita lagi.
“Lalu, gimana perkebunan keluarga kalian?”
“Bisnis perkebunan ayah dan Paklek Tejo berhenti untu sementara, karena kegiatan jual beli belum berjalan lagi. Namun, disini orang-orang sama sekali tidak kekurangan bahan makanan, semuanya kami dapatkan dari di kebun.”
“Syukurlah,” ucap Ridwa lega. “Tuhan memang sudah mengarahkan kalian untuk pindah kesana.”
“Bagimana ibu?” Asma balik bertanya.
“Baik-baik aja, hanya sering kepikiran Mika dan Malik yang terjebak di luar negeri. Kami berharap semua ini cepat berakhir.”
“Saya jadi ingat tentang kata-kata Pakde kamu lagi,” kata Asma.