ISTIQOMAH CINTA

fitriyanti
Chapter #5

Kalung Terindah dari Mak

Matahari pagi mulai menunjukan senyumnya dengan sinarnya yang terang. Jam masih menunjukkan pukul 09.00 pagi. Dirumah pak mail telah mulai ramai di datangi dengan warga kampung karena hari ini kegiatan pengobatan gratis dan penyuluhan sudah dimulai. Usai sarapan pagi dokter Adam dan Azka segera memulai kegiatannya.

Namira masih dikamar menyuapkan sarapan pagi pada maknya. Mak masih terihat sangat pucat dan lemah.

“Assalamualaikum.” Ucapan salam dari mak Furqon yang terus melangkah memasuki kamar tempat Namira dan maknya berada dibelakangnya tampak Furqon berjalan mengikuti.

“Waalaikumsalam …” Jawab Namira dan maknya bersamaan.

“Bagaimana keadaan mak Namira?" Tanya mak Furqon sambil menyerahkan secangkir teh hangat.

“Apa ini mak?” Tanya Namira.

“Itu teh daun sirsak. Bagus untuk mak kau yang sedang sakit.” Jawab mak Furqon.

“Terimakasih mak.” Ujar Namira.

“Terimakasih mak Furqon.” Sambung mak Namira.

Sementara Furqon berdiri dibelakang maknya sambil tersenyum pada Namira dan maknya.

“Mak, selagi mak dan bang Furqon ada disini Namira mau menyampaikan bahwa mungkin lebih baik Namira dan mak Namira pulang saja kerumah kami. Karena Namira juga merasa tidak baik berlama-lama tinggal disini karena Namira dan bang Furqon belum ada ikatan resmi apalagi dirumah ini sekarang ada dokter Adam dan dokter Azka. Namira hanya tidak mau nantinya menimbulkan fitnah. Mira harap mak dan bang Furqon mengerti maksud Mira ini.” Ujar Namira tiba-tiba.

“Mira, tidak ada yang berprasangka buruk. Karena semua warga sekarang juga tahu bagaimana kondisi saat ini. Lagipula makcik rasa mak kau akan lebih tenang dan nyaman disini, ini juga demi kesehatan maknya Namira. Maaf bukan mak bermaksud menghina tapi kita juga tahu Mira rumah kau tuh perlu banyak perbaikan. Mak kau bisa tambah sakit disana nanti karena jika malam akan terasa sangat dingin kan?” Jawab mak Furqon sambil memandang Namira penuh harap.

Namira menarik nafas dalam. Ia diam. Maknya memperhatikan raut wajah Namira yang sedikit kecewa. ia tahu bahwa anaknya memiliki sifat yang penyegan dan juga menjaga marwahnya sebagai seorang perempuna, mungkin Berat bagi Namira untuk tetap tinggal disini sementara mereka belum menjadi bagian dari keluarga itu.

“Tak apalah mak Furqon. Kami pulang saja dulu kerumah kami. Benar kata Namira lebih baik kita menghindari fitnah. Lagipula pernikahan Furqon dan Mira kan minggu depan jadi tidak apa-apalah kami pulang dulu.” ungkap mak Namira tiba-tiba.

Kali ini mak Furqon yang terdiam.

“Jujur saja mak, Furqon merasa senang jika Namira dan mak tinggal disini hingga hari pernikahan kami. Tetapi apa yang dikatakan Mira itu benar.” Ungkap Furqon tiba-tiba.

“Mak, biarlah Mira dan maknya pulang dulu nanti kita perbaiki saja bagian-bagian rumahnya yang perlu diperbaiki supaya mereka bisa lebih nyaman nantinya.” Sambung Furqon sambil meremas lembut bahu maknya.

"Ya sudah jika itu sudah jadi keputusan Namira. Walau Sebenarnya makcik sangat senang Namira tinggal disini saja" Jawab Mak Furqon Lemas.

Lihat selengkapnya