Mereka sampai di depan sebuah rumah mewah dan besar. Pintu gerbang di bukakan oleh seorang satpam dan mobil Adam memasuki garasi rumah itu. Ternyata itu rumah Adam. Namira tertidur dibelakang. Dengan pelan Adam membangunkan istrinya.
Di depan pintu mama Adam menyambut dengan sukacita. Azka segera menyalami mamanya.
“Assalamualaikum, ma.” Salam Azka sambil mencium tangan mamanya.
“Waalaikumsalam. Mana Adam dan menantu mama?” Tanya mama Adam yang sangat cantik dengan busana gamis hijau muda dan jilbab putihnya.
“Itu masih turunin barang dari mobil ma.” Jawab Azka sambil menunjuk pada mobil Adam dan tampak Adam sedang Nurunin barang dari mobilnya dibantu oleh Namira.
Mama Adam melihat Namira dengan seksama. Ia Terdiam.
“Kenapa ma?” Tanya Azka bingung melihat reaksi mamanya saat melihat Namira yang masih sibuk membantu Adam.
“Itu istri Adam?” Tanya mamanya lagi tak percaya.
“Iya ma. Kenapa ma?” Azka melihat pada Namira ia baru teringat mungkin mama melihat tangan Namira yang penuh luka bakar.
“Ohh masalah luka bakar di tangannya ma? Nanti bang Adam pasti cerita. Ceritanya panjang” Jawab Azka.
Mama Adam tak mempedulikan perkataan Azka. Ia terus berjalan pelan mendekati Adam dan Namira. Mama Adam memperhatikan Namira dengan seksama dan tatapan penuh ketidak percayaan. Ketika ia sudah semakin dekat ia terperangah.
“Namira...?” Ujar mama Adam dengan nafas yang sedikit berat.
Mendengar namanya disebut Namira segera berbalik. Ia rupanya sedari tadi tak menyadari kehadiran mama Adam.
Saat berbalik alangkah terkejutnya Namira. Yang ia lihat adalah sosok perempuan yang dulu ia kenal dirumah sakit. Sosok ibuk yang memiliki seorang anak yang gila. Sosok buk Dina. Ibunya Reza. Ia tak percaya.
“Buk Dina? Ini buk Dina? MasyaAllah ibu ... SubhanaAllah ...” Ungkap Namira menyambut pelukan dari mama Adam. Tak terasa airmatanya menetes.
“Alhamdulillah ya Allah ... Engkau mengabulkan doa hamba selama ini.” Ujar mama Adam menangis sambil memeluk Namira erat.
Hanya Adam dan Azka yang masih tampak kebingungan. Mereka saling tatap. Tentunya mereka tidak tahu hubungan apa yang terjadi antara dua Wanita itu.
“Ibu sangat cantik dengan memakai jilbab dan busana seperti ini. Bahkan lebih cantik dari yang saya kenal dulu. Bahkan Namira hampit tidak mengenali ibu.”
“Ya nak. Kamu benar, Allah itu maha pengasih dan penyayang. Semua ini karena kamu, karena nasehat kamu.” Buk Dina kembali menangis dan memeluk Namira yang juga menangis. Mereka bahkan lupa ada Adam dan Azka yang masih tidak mengerti.
“Adam, ayo bawa Namira masuk. Nanti di dalam kita ceritakan.”
“Sebenarnya ada apa ma? Kenapa mama bisa kenal Namira?” Tanya Adam yang sangat penasaran.
Kali ini Namira yang terperangah tak percaya Ketika mendengar suaminya memanggil bu Dina dengan sebutan Mama. Ia Kembali teringat ucapannya dan bu dina 3 tahun yang lalu saat mereka bertemu di rumah sakit.
“Tidak. Tadi saya hanya berfikir seandainya kamu jadi menantu saya. Tentu saya akan sangat bahagia. Tetapi tidak mungkin gadis secantik dan sebaik kamu mau dengan putra saya yang tidak normal seperti ini.”
“Masyaallah buk, kenapa bicara seperti itu? Normal atau tidak putra ibuk tetap seorang hamba Allah dan setiap HambaNYA sudah punya jodohnya masing-masing. Kita tidak pernah tahu rahasia Allah, buk. Jika Allah menggariskan saya sebagai jodoh putra ibuk maka apapun tidak akan dapat menghalangi baik itu normal atau tidak.”
Namira berulang- ulang kali bertasbih. Kalau bukan izin Allah, tidak mungkin takdir hidupnya seperti ini. Begitu indah janji Allah.
“Kita masuk dulu ya.” Jawab Mamanya.
Adam hanya mengangguk pelan mengikuti mamanya dan istrinya masuk kedalam rumah.
Dengan semangat akhirnya mama Adam menceritakan awal pertemuannya dengan Namira di rumah sakit 3 tahun yang lalu.
“Adam, Inilah Namira lah gadis yang selama ini mama ceritakan sama kamu. Gadis yang akhirnya bisa merubah pola fikir mama dan nasehat dia yang menyuruh mama untuk mengajak kamu sholat dan berzikir agar bisa mendapat kesembuhan dari Allah. Mama bisa menutup aurat dan kamu sembuh nak. Adam ini dulu sebelum sakit adalah seorang Dokter. Setelah sembuh dan beberapa pengujian akhirnya ia bisa Kembali bisa bertugas menjadi Dokter”
“Jadi Namira gadis yang selama ini mama ceritakan? Gadis yang tak pernah bisa Adam ingat wajahnya?”
“Benar nak.”
“Masya Allah … sungguh maha suci engkau ya Allah.” Ujar Adam dengan penuh rasa takjub. Sama seperti Namira, ia yakin hanya izin Allah lah yg bisa mempertemukan mereka dengan jalan sedrama ini.