Kini Namira dan keluarganya tengah menempuh perjalanan menuju kampungnya. Sebelumnya ia sempat mampir ke toko dan membelikan Laila sebuah kebaya muslimah berwarna putih dan dibungkus kertas kado yang rapi. Ia sangat bersemangat sekali. Tetapi justru yang paling bersemangat itu Azka. Meski becampur rasa gugup. Di perjalanan Azka tampak duduk tenang disamping Adam yang sedang focus menyetir. Azka membaca sebuah al-qur’an kecil milik Namira. sebelum berangkat Namira membawanya dan menyuruh Azka untuk membacanya di sepanjang perjalanan untuk menenangkan hatinya dan sekaligus agar niat baik ini di ridoi oleh Allah.
Namira sangat bersemangat sekali menceritakan tentang kampungnya kepada mama mertua dan adik iparnya. Adam tampak tersenyum bahagia melihat istrinya yang sekarang suka tersenyum dan bahagia karena ini sangat berbeda sekali dengan Namira yang dulu pertama kali ia kenal. Seorang gadis yang penuh kesedihan dan jarang sekali tersenyum. Akhirnya menjelang sampai kampungnya Namira tertidur. Mungkin karena ia keLailahan. Mama mertuanya tampak membelai lembut pipi menantunya itu saat Namira tertidur. Adam hanya tersenyum melihat keakraban istri dan mamanya itu.
Mobil fortuner putih milik Azka kini memasuki pintu gerbang kampung Namira. Namira sudah bangun. Kini Azka yang tampak menyetir. Adam mungkin keLailahan juga. Mata Namira tampak berkaca-kaca saat melihat kampungnya. Ia seperti melihat masa lalunya setiap kali melihat semua tempat dikampung itu. Saat melewati rumah Furqon terlihat sepi mungkin pak mail dan istrinya di Malaysia mengunjungi Furqon.
Setelah beberapa saat mobil berhenti didepan sebuah rumah kecil. Azka mematikan mesin mobil dan mengajak semuanya turun. Mamanya telah turun mengkuti Azka sementara Adam dan Namira masih didalam mobil. Mereka bingung.
Akhirnya Namira dan Adam turun dari mobil. Adam memegang tangan istrinya yang berjalan pelan. Di depan rumah itu tampak sepasang suami istri menyambut kehadiran Azka dan keluarganya. Suami istri itu sangat dikenal Namira. Itu mak lis dan suaminya. Ini juga rumah mereka. Bukankah Azka bilang dia akan melamar Nur? Tetapi mengapa saat ini ia malah kerumah Laila? Hati Namira bertanya-tanya tetapi ia terus diam. Ia menahan diri untuk bertanya.
Namira berhambur kepelukan mak lis. Namira menangis. Begitupun mak lis. Namira sudah ia anggap seperti putrinya sendiri. Semua yang melihat tampak terharu.
Mak lis mempersilahkan semuanya masuk. Saat semuanya sudah duduk tenang. Mama Adam membuka percakapan dan mengungkapkan maksud dan tujuan mereka datang.
“Jadi begini bapak dan ibuk, mungkin bapak dan ibuk sudah tahu maksud kedatangan kami kesini yaitu untuk melamar putri bapak dan ibuk untuk putra kami Azka.” Ungkap mama Azka.
“Benar buk. Kami sudah tahu karena beberapa hari yang lalu dokter Azka sudah datang kesini dan mengutarakan keinginannya. Tetapi semua keputusan tentu ada pada yang dilamar. Sebentar lagi ia akan datang. Dia sedang keluar sebentar.” Jawab suami mak lis.
Namira semakin bingung. Sejak kapan mak lis memiliki putri yang bernama Nur. Sepengetahuan Namira mak lis dan suaminya hanya memiliki dua orang putra yang sudah dewasa yang kini dirantau.
“Maaf mak lis. Namira tidak tahu mak lis punya anak gadis bernama Nur.” Ungkap Namira kebingungan.
Azka terkejut dengan pertanyaan Namira.
“Kak Namira tidak tahu?” Tanya Azka bingung.
Mak lis tersenyum.
“Lah siape lagi anak gadis yang tinggal dirumah nih Mira, macam tak tahu sajelah kau ini. Ya si Laila lah. Sahabat kau sendiri. Bukankah dia juga sudah jadi putri mak?” Jawab mak lis sambil tersenyum.
“Lalu Nur ? Bukankah yang Azka Suka adalah Nur? Mira fikir itu adalah Nur adiknya Imron.” Namira masih kebingungan.
“Betul lah. Bukankah nama si Laila tuh Nur Karlaila. Dan kita dari dulu memanggilnya dengan panggilan Laila. Tak tahukah Namira selama ini?” Jawab mak lis lagi.
Namira tampak mengingat sambil mengulang nama kepanjangan Laila.
“Masyaallah mak. Namira lupa. Laila memiliki nama depan Nur.”
Namira memeluk Mak lis. Hatinya bahagia. Senyumnya terkembang manis dibibirnya. Ia remas tangan Adam suaminya yang juga masih tidak percaya dengan semuanya. Ia tahu saat ini istrinya merasa sangat bahagia karena Azka akan meminang sahabatnya.