Sesampainya dirumah, Aisyah langsung menemui ibunya pingsan saat hendak membuka warung. Aisyah pun panik melihat ibunya yang pingsan dan ia mencari-cari Fatimah untuk segera membawa ibunya ke rumah sakit. Tapi Fatimah tidak ada di rumah, ia lalu mencoba menghubungi Fatimah namun telepon nya tidak di angkat. Bahkan saat di hubungi kembali, nomor Fatimah sudah tidak aktif. Ayahnya juga belum pulang dari kantor, akhirnya Aisyah mencoba untuk menghubungi ayahnya. Saat ini hanya ayahnya yang menjadi satu-satunya harapan Aisyah untuk membawa ibunya ke dokter. Tapi ternyata nomor ayahnya juga tidak aktif.
“Bagaimana ini, ibu tidak sadarkan diri. Fatimah juga benar-benar pergi tidak pulang kerumah. Sedangkan ayah, pasti sedang sibuk di kantor. Mungkin ayah sedang lembur. Aku harus minta tolong siapa ya Allah,” gumam Aisyah sambil meneteskan air matanya di depan ibunya yang tak sadarkan diri. Tiba-tiba saja Ali mengirim pesan kepada Aisyah.
“Assalamualaikum Aisyah, apa kau baik-baik saja dirumah? sedang sibuk ya? maaf kalau aku menganggumu. Tapi aku serius Aisyah kalau kamu butuh bantuan, kamu bisa menghubungi aku. Aku siap untuk membantumu, malah aku senang dapat membantumu cantik. Hehehe maaf ya kalau aku lancang. Tapi aku serius kok kamu cantik, hanya saja kamu jutek. Kalau kau mengabaikan pesanku juga tidak apa-apa. Dibaca pesannya olehmu saja aku sudah senang,” begitulah isi pesan dari Ali yang dikirimkan ke Aisyah.
“Bagaimana ini saat semuanya tidak ada, hanya dia yang perhatian kepadaku. Aku tau aku selalu cuek dan mengabaikan dia. Tapi kenapa dia tetap saja menghubungiku, padahal aku sudah sangat sering tidak meresponnya. Apakah aku harus minta tolong Ali untuk membantu mengantarkan ibu ke rumah sakit. Hmm…tapi kurasa ini satu-satunya jalan aku minta bantuan pada Ali. Baiklah aku akan menghubungimu Ali,” gumam Aisyah dengan panik dan cemas. Saat menghubungi Ali, dengan cepat Ali mengangkat teleponnya.
“Assalamualaikum Ali. Maaf kalau aku lancang menghubungimu dan terima kasih juga atas perhatianmu selama ini kepadaku. Tapi saat ini aku sedang benar-benar butuh bantuan, apa kau bisa membantuku Ali??” tanya Aisyah dengan canggung.
“Waalaikumsalam Aisyah, apa aku tidak salah ini kamu menghubungiku. Padahal pesan-pesanku saja kau abaikan. Aku senang sekali Aisyah, mendengar suaramu lewat telepon saja aku sudah sangat senang. Aku siap Aisyah untuk membantumu, aku janji aku akan selalu ada kalau kau butuh bantuan. Minta tolong apa Aisyah?” tanya Ali dengan nada gembira.
“Maaf ya Ali kalau aku sering sekali mengabaikanmu. Aku senang sekali kamu peduli padaku. Jadi begini, saat aku pulang sekolah aku menemukan ibuku tak sadarkan diri di rumah. Aku ingin menggotongnya ke kamar tapi aku tidak kuat. Aku juga ingin membawa ibu ke rumah sakit, tapi ayahku dan adikku tidak dapat dihubungi nomornya. Mungkin mereka sibuk. Apa kau bisa membantuku Ali?” kata Aisyah dengan ragu.
“Tentu Aisyah, dengan senang hati aku ingin membantumu. Jadi apa yang harus kulakukan? Apa aku kerumahmu?” tanya Ali girang.
“Hmmm..,sepertinya kau harus ke rumahku Ali. Aku akan mengirimkan alamat rumahku dan akan aku share loc ke kamu. Nanti kita bisa pesan taksi online dari rumahku,” ucap Aisyah dengan tenang.
“Oke kalau begitu, aku akan ke rumahmu dengan menggunakan mobilku jadi kita tidak usah pesan taksi online. Aku akan ke rumahmu dengan sopirku,” kata Ali dengan semangat.
“Baiklah Ali aku tunggu di rumah ya. Assalamualaikum,” ujar Aisyah untuk mengakhiri percakapannya dengan Ali.
“Oke, waalaikumsalam,” ujar Ali sambil menutup teleponnya.