Pengumumam penerimaan sekolah akhirnya tiba, setelah menunggu cukup lama akhirnya hari ini datang juga, aku ke sekolah bersama-sama teman ku yang mendaftar di sekolah yang sama. Kami berlima janjian bertemu di sekolah untuk menunggu hasil pengumunan keluar.
'' Suli , boleh dhak aku tanya?, kata Maemunah dengan wajah ingin taunya.
'' Iya boleh lah, apa emangnya kok serius gitu muka mu.''
''Aku dengar dari ibuku kemarin lalu, bener ya kamu di lamar sama bu Sum buat jadi istrine Budi? ,'' dia sangat bersemangat bertanya.
'' He'e, iya dan itu membuat aku dan keluargaku sangat sedih karena gak bisa nerima lamaran ne bu Sum,'' aku tidak menghina keluarga bu Sum di depan orang lain.
'' Wah .. Li , kemarin itu ibu ku ketemu sama bu Sum, buanyak sekali seng dia omongin tentang kamu sama kelurgamu loh, yooo gitu kan kamu paham maksudku to, wiiih jan tenan bu Sum neng gak suka lagi sama orang semua terasa jelek, gak ada satu pun perkataannya yang bagus deh .'' ucap Maemunah menjelaskan semua perkataan bu Sum yang menghina dan merendahkan keluarga ku seperti sifatnya yang memang sudah bisa di tebak.
''Gak papa lah, mau gimana lagi kan aku ne emang gak mau nikah sek to, seh pengen sekolah, aku pengen cari uang sek buat bapak dan bu'e ben gak terus-terusan kerja susah payah lagi, nak anak e bisa saling bantu kan Alhamdullilah to.'' jawabku tegas.