Seandainya waktu terulang lagi bisakah aku memeluk bapak lebih lama, seandainya waktu bisa terulang lagi bisakah aku meminta maaf kepada bapak terlebih dahulu dan seandainya waktu bisa di ulang lagi aku ingin berterima kasih kepada bapak, karena menjadi bapak yang luar biasa sayang kepada istri dan anak-anaknnya, mencintai istrinya dengan tulus, tidak pernah berdebat dengan istrinya justru lebih sering bertukar fikiran dan saling mendengarkan masukan, perhatian, bertanggung jawab atas semua anggota keluaraganya, hidupnya di dedikasikan hanya untuk istri dan anaknya, bapak yang luar biasa, bapak yang sangat peduli dan sabar dalam menjalani segala cobaan dari istri dan juga anak-anaknya.
Tetapi semua tidak boleh di ucapkan, kata seandainya tidak boleh di ucapkan oleh seorang muslim yang percaya kepada takdir, karena kita semua harus yakin akan takdir Allah itu lebih baik dari semua rencana kita, Allah maha mengetahui apa yang mampu hambanya pikul dan apa yang tidak mampu hambanya hadapi, seperti pesan bapak kepada kami, untuk terus sabar dan yakin akan takdir Allah selalu lebih baik dari apa yang kita rencanakan.
Pagi ini genap dua bulan bapak meninggal dunia, dan kami kedatangan tamu yang sudah sangat tidak sabar kerumah kami untuk menagih hutang. Bu Sum pun datang ke rumah menanyakan sisa hutang bapak kepada bu'e, dengan tegas bu Sum ingin hutang itu segera di lunasi. Bu'e pun sedih mendengar hal itu tapi apa boleh buat dan tentu saja hutang itu memang harus segera di lunasi apalagi bapak sudah tiada.
Tidak baik untuk mendiang bapak jika masih memiliki tanggungan hutang,. Dengan tenang dan yakin bu'e pun menawarkan ladang bapak kepada bu Sum untuk di beli agar hutang kami bisa segera lunas. Bu Sum setuju asal harganya di bawah harga pasar, karena bu Sum juga gak membutuhkan ladang itu, tapi karena terpaksa, ya apa boleh buat.
Jika bu'e setuju dengan harga di bawah pasar maka setelah di potong hutangnya sisa uang hasil ladang itu kan di berikan cash kepada bu'e. Dengan berat hati bu'e pun setuju dengan harganya, karena ladang itu juga tak kunjung terjual sejak bapak berniat untuk menjualnya, sekarang juga tidak terurus setelah bapak meninggal, walau harganya di bawah harga pasar tapi bu'e tetap bersyukur karena masih ada sedikit sisa uang yang bisa buat pegangan selama beberapa bulan untuk menyambung hidup dan biaya sekolah anak-anaknya.
Kang Tarjo pun masih mengirimi bu'e uang walau sedikit karena dia pun juga harus membayar hutangnya ke perusahaan, awalnya sisa uang jual ladang itu ingin bu'e kirimkan kepada kang Tarjo untuk membayar hutangnya pada perusahaannya, akan tetapi kang Tarjo tidak memperbolehkannya, karena dia akan membayar hutang itu dengan cara potong gaji dan atasannya juga setuju akan hal itu, kang Tarjo berpesan untuk menggunakan uang itu untuk kebutuhan hidup bu'e dan adik-adik saja.
'' Nak mulai besok bu'e tak mulai jualan lagi ya, bu'e juga bosen jika di rumah terus, biar bu'e ada kesibukan dan juga pemasukan .'' ucap bu'e kepada kami di ruang tengah sambil kami makan bersama.