Tin ...! Tin ...!
Sopir taksi menekan klakson kuat-kuat walau dia tahu itu hanya perbuatan sia-sia. Seratus meter di depan, kendaraan roda empat semuanya berhenti total. Gadis belia yang duduk di bangku belakang mengembuskan napas panjang sekaligus berat.
"Mohon maaf ya, Mbak. Gara-gara udah menjelang hari raya, jalan jadi padat gini." Sang sopir berusaha menenangkan situasi yang tak enak.
"Saya gak buta, Pak. Saya bisa liat di depan macet parah!" sahut Gadis berambut panjang itu dengan ketus. Dia menatap ke luar jendela kaca mobil, mendongak melihat langit biru siang itu.
Kurang seminggu lagi untuk tiba hari raya, sebuah kesalahan baginya tidak pulang sejak minggu lalu. Tahun kemarin adalah tahun ke-4 dia tidak pulang sejak merantau ke luar kota seusai lulus kuliah. Tahun ini desakan pulang tidak bisa dianggap sepele. Ayahnya mengancam akan mogok makan seminggu penuh, ibunya mengancam akan mencoret namanya dari Kartu Keluarga. Meski dia tahu semua ancaman itu hanya isapan jempol belaka, tapi dia tak tega untuk mengabaikannya.
Salah satu alasan malas untuk pulang di hari raya adalah bertemu dengan teman lamanya; pertanyaan-pertanyaan indah dari keluarga besar!
"Kapan menikah?"
"Kapan kawin?"
"Mana pacarmu?"
"Mau sampai kapan menjomblo?"
Semua isinya serupa, hanya cara membungkusnya saja yang berbeda, seperti kado usang.