PASUTRI SERATUS HARI

KUMARA
Chapter #3

MIMPI BURUK itu DIMULAI

Setelah hampir sejam menutup muka dengan tas ransel, Rusmi menilik lagi, memberanikan diri untuk perlahan menunjukkan mukanya. Dia bisa bernapas lega usai menemukan Guruh telah tertidur dengan kepala bersandar pada kaca jendela kereta api. Pandangan Rusmi terlempar ke luar, kereta melaju cepat melewati area persawahan yang luasnya sejauh mata memandang. 2 penumpang yang lain pun telah tertidur. Rusmi tidak akan membiarkan dirinya ikut tertidur, gawat kalau Guruh menyadari kehadirannya. Rusmi mengutuk dalam hati, dia pikir segala kebetulan hanya berlaku di dunia film saja. Tiba-tiba sesuatu melintas di dalam benaknya. Dia sadari Guruh hanya seorang diri.

Seorang diri.

Sama halnya dengan Rusmi ....

Sendirian.

Jomlo.

Rusmi menjerit dalam hati, kedua tangannya membekap mulutnya. Kalau benar Guruh masih sendiri, itu artinya janur kuning belum melengkung, masih ada kesempatan. Pipi Rusmi merah merona, dia tangkup kedua pipi tembamnya dengan telapak tangan. Dia kumpulkan keberanian untuk memajukan kepala, lebih dekat menatap pahatan Dewa di wajah sempurna si Mister Perfek. Kelakuan Rusmi sekarang persis seorang penguntit tak tahu diri dan tak tahu malu, creep. Dipandanginya puas bulu mata lentik milik Guruh yang lebat, lalu turun ke pipi bersihnya. Ada sesuatu yang mengusik mata jeli Rusmi, ada ruam merah di pelipis dan rahang Guruh, serta seperti ada bekas sayatan lama di leher kanannya. Air muka Rusmi yang tadi cerah ceria berubah menjadi dingin, tegang.

Siapa yang telah melukai wajah si Mister Hensem? Terkutuklah orang itu.

Lantaran terlalu asyik menikmati wajah Guruh sambil memusingkan kenapa wajahnya memiliki luka, Rusmi menjadi lengah. Dia sama sekali tidak siap saat Guruh membuka mata dan menegakkan kepalanya. Mulut Rusmi menganga, refleks mundur lalu dengan bodohnya pura-pura tidur. Rusmi mungkin mengira kalau semua orang sebodoh dirinya.

Guruh sekilas bengong, efek tidur singkat membuatnya sulit mencerna situasi, tapi dia jelas tahu kalau perempuan yang sedang pura-pura tidur di hadapannya saat ini adalah Rusmika, teman masa sekolah sampai jenjang SMP. "Aku tau kamu pura-pura tidur, Rus. Tapi gak papa, mungkin memang kamu spesies unik yang bisa tidur dalam sedetik," ujar Guruh dengan santainya. Sambil melipat lengan di depan dada.

Rusmi meringis, aksi pura-pura tidur sama sekali tidak menolong. Meski malu berat, Rusmi membuka matanya, menatap Guruh kikuk. "Ha-hai Guruh, lama gak ketemu. Kirain kamu udah lupa sama aku." Rusmi mau tak mau menyapa, senyumnya sekaku kanebo kering.

"Ya, mukamu itu unik, makanya aku gak akan lupa," sahut Guruh cuek.

Unik? Jelek maksudmu? Kan dulu kamu sendiri bilang aku jelek! Rusmi merutuk dalam hati. otak Rusmi berputar cepat, memikirkan sebuah cara agar terhindar dari obrolan super canggung, atau malah obrolan mereka akan terputus begitu saja. Rusmi harus mencari bahan. Dia menerawang ke sekitar, seolah ada jawaban di udara. Tanya soal status? Yailah ketara banget aku ngarep! Hm ..., bahas soal pekerjaan? Ntar dikira aku mau ngejek ekonomi dia, lagi! Zaman sekarang mah susah, apa-apa salah, mau basa-basi aja susahnya setengah mati! Apa aku bilang aja cuaca hari ini baik? klasik banget, kamu Rus! Emangnya ini era megalitikum?!

Lihat selengkapnya