Istri Alim CEO Kejam

Iin Suci Romita
Chapter #8

Chapter 8 Keras Dan Tegas

"Maafkan saya! Jangan pecat saya. Anak istri saya -- akan saya beri makan apa, Pak!" pria paruh baya itu mengatupkan kedua tangan didepan wajahnya sendiri. Mengharap belas kasih pria berkuasa yang baru menginjakkan kaki di perusahaan tempat ia bekerja beberapa tahun ini.


"Bukan urusanku! Paham! Tidak ada kesempatan kedua untuk pekerja sepertimu! Keluar!" bentaknya. 


Suaranya yang lantang -- terdengar menggema di seluruh ruangan. Di tempat itu seketika hening. Mereka bergidik ketakutan.


Sifat Dewa dan Adam dinilai berbeda jauh. Dewa masih memiliki sisi baik, dan Adam sebaliknya. Dari insiden itu, mereka buat pelajaran untuk lebih berhati-hati padanya.


Pria yang tak kurang dari 50 tahun itu meletakkan nampan diatas meja. Ia menunduk dan meminta maaf. 


Tidak ada jawaban Adam untuknya, malah dengan arogannya ia melangkahkan kaki pergi.


"Cepat bersihkan tempat ini! Aku tidak mau waktuku terbuang habis karena acara menyebalkan ini! Mengerti kalian!" bentak Adam. Hampir urat leher terlihat semua.


"Mengerti, Pak!" jawab mereka serentak.


"Tiga puluh menit lagi, ruangan ini harus kembali bersih!" imbuhnya tanpa mendengar lagi jawaban mereka.


Ia melenggang pergi bersama Bima dan Maliana -- didampingi sekretaris Dewa. Wanita itu menunjukkan ruangan direktur utama.


"Maaf, Sayang. Papa ada meeting diperusahaan lain pagi ini. Sedangkan mama harus mengikuti acara sosialita bersama temannya." Bima menepuk bahu Adam setelah mengatakan itu.


Tidak ada reaksi apapun oleh Adam. Wajahnya datar. 


"Mari, Pak!" ucap Safira, gemetar. Ia membuka pintu ruangan tersebut. Dan berdiri di sebelah pintu. Mempersilahkan Adam masuk.


Pria dengan postur tubuh tinggi itu, menghentikan langkahnya. Kedua mata mengedar ke segala sisi ruangan. Tak ada satu pun yang lepas dari pandangannya.


Safira menunduk saat kedua mata Adam terlihat tidak senang dengan desain ruangan tersebut. Hatinya tidak tenang. Menunggu reaksi selanjutnya.


Pyar!


Jantung Safira bekerja berkali lipat, melihat pria itu membanting vas bunga -- yang berdiri diatas meja. Bukan itu saja, ia berjalan mendekati dinding dan meraih sebuah lukisan tergantung disana. Ia jatuhkan juga, hingga kacanya retak.


"Aku tidak suka benda-benda itu! Bersihkan sekarang juga!" Adam menyuruhnya dengan meletakkan kedua tangan dipinggang.


"Ba-baik, Pak!" jawab Safira terbata. Wanita itu keluar dengan mengangkat lukisan -- mengambil peralatan kebersihan, dan beberapa saat ia kembali membersihkan yang berserakan.


Adam melihat banyak tumpukan berkas diatas meja. Ia menjatuhkan bobotnya dikursi. Dan menarik satu berkas yang berada ditumpukan atas. Gegas ia buka pada lembar pertama.


"Apa ini?" Kedua matanya membaca serius isi berkas itu. Dan selanjutnya ia membalikkan lembar berikutnya. Hingga pada lembar terakhir.


"Hey kamu! Kesini!" Adam melirik Safira yang berjongkok membersihkan serpihan kaca. 


"Ya, Pak!" Safira meletakkan sapunya, dan berjalan menghampiri Adam segera, ia berdiri dihadapan Adam.


"Data apa ini? Bagaimana bisa perusahaan bisa merugi setelah Dewa beberapa hari saja tidak bekerja?" Ia menunjuk table data pemasukan dan pengeluaran perusahaan setiap harinya. 


Sebelum Safira menjawab, ia mengambil nafas dalam-dalam. Takutnya pria itu akan menyembur secara tiba-tiba.


"Maaf, Pak. Atas perintah Bapak Dewa dahulu, mengatakan jika tidak perlu memasukkan data pengeluaran yang sifatnya kecil. Jadi, banyak keperluan perusahaan tidak masuk dalam pendataan." Jawaban Safira ia ucapkan dengan penuh kehati-hatian.

Lihat selengkapnya