Beberapa saat kemudian, terdengar suara motor dengan knalpot mengganggu telinga Aisyah. Ia tidak berani melihat disampingnya terdapat dua pria diatas motor.
"Cantik ... Sendirian saja."
Aisyah tidak menghiraukan. Ia berjalan dengan langkah kaki cepat. Namun, ia tidak bisa mengalahkan benda bermesin itu.
"Cantik-cantik kok tuli!" ucapnya lagi.
Bukan Aisyah tidak menunjukkan sisi kesopanan, dari gelagat dan perilaku mereka telah menunjukkan jika mereka bukan pria baik.
'Bissmillah ... Semoga tidak terjadi hal buruk terhadapku!' gumamnya.
Tidak hanya mengganggu dengan ucapan, salah satu dari mereka berani mencolek pipinya.
Aisyah tidak tinggal diam. Ia berhenti -- mencoba melawan. "Cukup! Jangan berbuat kurang ajar ya!" ucapnya memberi ancaman. Sekuat tenaga, ia akan melawan pria-pria itu.
"Ternyata bisa marah juga ... Jangan marah, nanti cantiknya hilang!"
Sekali lagi pria yang duduk diatas jok belakang mencoleknya. Ditepis Aisyah dengan tangannya.
"Jangan coba-coba berbuat kurang ajar ya terhadapku!" Aisyah memperingatkan kembali.
"Sudahlah Nona, ini jalanan sepi. Jadi menurut-lah dengan kami. Kami akan berikan keindahan dunia yang tidak terkira olehmu."
"Cukup! Aku bukan wanita murahan! Jadi tolong jaga ucapanmu!" bentak Aisyah.
Pria itu turun dari motor dan menyeret tangan Aisyah. Wanita itu berteriak meminta bantuan. Ia berusaha keras lepas darinya.
Dengan beberapa tendangan mematikan yang ia kerahkan ke botol tersembunyi didalam celana.
"Kurang ajar!" Pria itu tampak kesakitan.
Satu pria lainnya pun ikut turun dan berusaha memeluk tubuh Aisyah. Wanita itu meronta dan mencoba memukul dadanya sekuat tenaga.
"Lepas!"
Bug! Bug! Bug!
Terdengar bunyi hantaman keras beberapa kali. Aisyah tidak berani membuka mata.
Tidak lama kemudian Aisyah melihat pria yang berusaha keras menggoda itu jatuh terkapar. Dengan wajah memar.
Keduanya gegas naik motor dan pergi meninggalkan Aisyah.
Aisyah tersenyum, karena ditempat itu masih ada seseorang yang menolongnya. Saat ia akan mengucapkan terimakasih, ia menoleh. Ternyata seseorang yang menolongnya tak lain adalah suaminya sendiri.
"Mas Adam?" ucapnya tidak percaya.
"Kenapa? Terkejut? Suka sekali sepertinya digoda pria-pria tidak jelas seperti itu? Kamu sangat menikmati ya, saat tangan mereka menjamah tubuhmu? Hem?"
"Astaghfirullah, Mas. Bukan seperti itu, bukankah kamu melihat jika aku berusaha melawan mereka? Tapi tenagaku lemah."
"Alasan!"