"Adam memang mengenalnya. Tapi maaf, Adam tidak menerima perjodohan ini. Permisi!"
Tanpa mendengar jawaban mereka. Pria itu pergi begitu saja.
"Kami akan berbicara lagi padanya. Bersabarlah." Terdengar lirih suara Maliana ditelinga Adam.
Terdengar Jenny memanggilnya. Ia meraih lengan Adam dan berbicara empat mata di luar.
"Adam, kenapa beberapa hari ini kamu acuhkan panggilan telepon dariku? Hem?" Nada bicara Jenny terdengar aneh, bahkan berbeda.
Sebelum diadakan perjodohan ini, ia terlihat seperti rekan kerja biasa. Ia pernah menjadi investor asing di perusahaannya di Jerman. Dari situlah Adam mengenalnya.
"Acuh? Tidak. Aku hanya sibuk beberapa hari ini. Tidak ada waktu untuk main gadget." Jawaban Adam datar.
"Bagaimana dengan wanita yang bernama Aisyah? Dimanakah dia sekarang?" tanya Jenny mengulur waktu Adam pergi.
"Seperti yang aku inginkan sebelumnya, aku siksa dia setiap waktu."
"Kamu tahu dia dimana sekarang? Aku tidak pernah menjumpainya dimanapun."
"Kamu tidak perlu pikiran dia. Sebelumnya terimakasih telah mengatakan pelaku pembunuh adikku sebenarnya." Tanpa berbicara lagi, ia melangkah pergi.
Sebelum wanita itu banyak bertanya tentang Aisyah, lebih baik Adam meninggalkannya. Ia tidak ingin wanita itu sampai tahu, jika ia malah menikahinya.
"Adam! Kenapa malah pergi sih!? Belum juga selesai bicara. Dasar pria tidak punya perasaan!" Ucapan Jenny membuat moodnya buruk. Ia kembali berjalan ke dalam rumah Bima, dan mencoba mengambil hati mereka.
Jika tidak karena paksaan orang tuanya, tidak mungkin ia sampai rela mengejar cinta Adam. "Jika tidak bisa mendapatkan Dewa, ia harus bisa mendapatkan hati Adam."
Ia memicingkan sebelah matanya, keyakinan besar ia bisa segera menjadi istri Adam. Dan kekayaan keluarganya tidak akan habis tujuh turunan.
Ia mengingat wajah Aisyah. Seketika lamunan indah bersama Adam buyar. "Awas kau wanita perebut kekasih orang! Dewa lebih memilih mu daripada aku! Aku tidak akan membiarkan hidupmu bahagia!" Jenny menggertakkan gigi-giginya sembari melangkah memasuki ruangan dimana mereka tadi berkumpul.
"Bagaimana? Kamu berhasil bicara dengan Adam Smith?' tanya Maliana.
"Sudah, Tante Maliana. Butuh kesabaran tinggi untuk melunakkan hati Adam. Ia memang pria yang tegas, tidak semua wanita bisa merebut hatinya. Termasuk aku, tapi Tante tenang saja. Jenny akan berusaha keras mendapatkan hatinya." Jawaban Jenny membuat semua tersenyum.
"Sepertinya kalian berdua adalah pasangan yang serasi." Ibu Jenny menambahi.
"Kami mohon maaf ya, atas ketidaknyamanan selama acara ini. Kami akan bicara dengan Adam lagi untuk menyetujui perjodohan ini. Kalian bersabarlah." Bima merasa tidak enak hati. Beberapa kali ia meminta maaf pada mereka.