☆ Istri, Didalam Kontrol Gairah
Haida Lee melangkah masuk ke rumah besarnya yang tenang. Udara sejuk dari pendingin ruangan menyambutnya, berpadu dengan aroma lembut kayu dan bunga mawar yang selalu memenuhi ruang tamu. Rumah itu luas dan megah, namun hanya dihuni oleh mereka berdua, Haida dan Steven Lee, suaminya.
Dalam keheningan itu tersimpan kehangatan gairah yang tak selalu tampak, tapi bisa dirasakan dari setiap sudut, dari setiap kenangan yang menempel di dinding-dindingnya.
Dengan napas lega, Haida menjatuhkan tubuhnya ke sofa empuk, membiarkan rasa lelah menuruni bahunya. Dengan segelas es susu segar Haida berusaha mengobati rasa lelah ditubuhnya.
Hari ini adalah hari pertamanya kembali ke klinik kecantikan miliknya, setelah dua minggu penuh ia habiskan menemani Steven dalam perjalanan survei tambang batubara di pedalaman Kalimantan. Ada rasa rindu pada rutinitasnya, tapi juga bayangan manis tentang kisah cinta yang masih melekat dalam pikirannya.
Perjalanan mereka berdua yang hanya direncanakan untuk survei lokasi tambang batubara di pedalaman Kalimantan, akhirnya menjadi ajang Steven untuk merealisasikan fantasi sexual Steven di alam terbuka. Menjadi sebuah kisah manis sekaligus tragis bagi Haida.
Haida tersenyum sendiri saat mengenang kejadian itu,takdir kadang kejam dalam caranya mempertemukan kembali dua hati yang belum benar-benar sembuh dari luka lama karena cinta.
Tanpa diduga, Haida dan Steven berjumpa dengan cinta pertama Haida. Rizal Amri, lelaki yang dulu mewarnai kehidupan Haida dengan cinta dan kasih sayang saat masa mudanya di sekolah tinggi. Namun pertemuan itu bukan hadiah bagi Haida dan Rizal Amri melainkan luka lama yang dibuka kembali.
Pertemuan itu diawali dengan kejadian rombongan mereka menjadi korban perampokan. Mobil yang disewa Steven dibawa salah satu perampok, dan Haida yang sembunyi di dalamnya ikut terbawa dan akhirnya bertemu dengan ketua perampok. Dan saat Haida melihat wajah sang pemimpin kelompok itu ... waktu seakan berhenti berputar dan membawa Haida ke masalalu.
Ternyata pemimpin perampok itu orang yang sangat dia kenal... Rizal Amri! Pria yang pernah bersumpah tak akan melepaskan cintanya dan meninggalkannya, namun terpaksa pergi karena kehendak orang tuanya. Dan mereka bertemu lagi, bukan sebagai kekasih, melainkan sebagai dua orang asing yang dipisahkan oleh pilihan dan bagian dari dosa masa lalu mereka.
Haida tersenyum mengenang kejadian itu, tiga hari yang indah. Dia mengajari mantan kekasihnya untuk mereguk keindahan dan kenikmatan bercinta. Sungguh pria yang lugu ... pria gagah dan tampan tapi tidak mengerti tentang kehidupan sexual. Dia harus mengajari Rizal Amri, bagaimana caranya bercinta dan memperlakukan tubuh wanita untuk mendapatkan kepuasan bersama.
Pria yang berpotensi menjadi rebutan kaum wanita. Tampan ... gagah ... dengan kemampuan membuat wanita orgasme berkali-kali. Haida yakin, Rizal Amri akan membuat wanita bertekuk lutut dihadapannya.
Masih terekam dalam ingatan Haida,hentakan keras pinggul Rizal Amri ditubuhnya saat dia menerima telepon dari Steven. Momen yang membuat sensasi indah di dalam petualangan sexual Haida. Berbicara di telepon dengan Steven, tapi tubuhnya sedang disetubuhi Rizal Amri. Stevenpun mengakui, suara Haida didalam telepon sangat sexy dan membawa nuansa sensual bagi yang mendengarnya.
Kriiing ..! Kriiiing ...! Kriiiing...!....
Haida mengambil handpone miliknya didalam tas kecil. Ternyata Steven yang melakukan panggilan. Telepon ruti Steven setiap mendekati makan siang.
"Halo ... sayangku .."
"Hai ...! Istriku ... kamu sedang ada dimana, sayang?"
"Aku berada dirumah, Steven .... Ada apa?"
"Ooh ... Berarti sudah pulang dari klinik ya. Haida ... aku nanti, tidak bisa makan siang bersamamu dirumah. Aku harus menemui relasi bisnis dari Jamaika,untuk membahas kontrak kerja pengadaan batubara. Doakan kontraknya berhasil ya sayang.... Nanti kalo kontrak itu lolos, kita liburan ke Madrid atau Bercelona, seperti yang kamu impikan."
Haida melonjak kegirangan, dua kota di eropa yang ingin dia kunjungi sejak lama. Di dua kota ini,Steven selalu bercerita tentang se show yang bisa ditonton secara terbuka. Kota romantis dengan nuansa sensual,dengan pria-pria tampan yang menjadi favorit Haida.
"Wow ...I love Bercelona ... Nilai kontraknya pasti besar ya?....Pastilah suamiku ... aku selalu berdoa untukmu, sayang. Terima saja semua syaratnya, asal perusahaan mendapatkan keuntungan."
"Terimakasih sayang ... sampai jumpa nanti malam ... eeeemmuuaach .."
Ah ... suami yang romantis tapi liar didalam fantasi sexualnya. Haida terkadang khawatir dengan semua fantasi dan imajinasi sexual Steven. Dia takut semua fantasi sexual yang direalisasikan Steven akan membuat Steven sakit hati dan cemburu. Haida selalu berpikir tentang konsekwensi dari semua fantasi sexual Steven.
Walaupun fantasi itu bersumber dari keinginan Haida, tetapi Steven pasti akan secepatnya berusaha mewujudkannya sebagai keinginan bersama. Dia cukup senang ketika Haida menikmati fantasinya.
Haida meninggalkan ruang tamu, dia merasa tubuhnya masih lelah karena perjalanan dari Kalimantan. Dia ingin tidur, karena Steven siang ini tidak pulang untuk makan siang. Dia ingin menghabiskan siang ini untuk tidur dan berharap bermimpi indah.
☆ GAIRAH DARI JAMAIKA
Steven melangkah dengan mantab memasuki lobi hotel. Udara airconditioning menyambut kedatangannya. Dingin tetapi sejuk dirasakan kulit wajahnya, sangat nyaman di ruangan lobi sebesar ini. Kesejukkan ruangan lobi hotel memberi semangat pada dirinya dengan harapan mendapatkan komisi dari negosisai kontrak kerja yang akan di bahas nanti. Komisi dalam jumlah besar akan dia dapatkan, bila dia bisa meloloskan kontrak ini.
Dia menyapukan pandangan keruangan lobi, mencari seseorang yang sudah membuat janji untuk bertemu dengan dirinya. Hanya tiga meja kecil yang ditempati tamu hotel. Sorot matanya tertuju di meja paling pojok, seorang bertubuh tinggi dan besar berkulit gelap dengan setelan jas warna hitam bersama satu orang yang berkulit gelap tapi tubuhnya tidak terlalu besar sedang duduk berdua menikmati kopi. Langkahnya menghampiri meja mereka.
"Permisi .... Apakah anda Mr.Jhosua?"
"Ah! ... pasti kamu Steven Lee."
"Benar Mr. Jhosua ... saya Steven Lee."
"Perkenalkan! .... dia Andre .... asisten saya."
Steven menyalami mereka. Senyum ramah mereka membuat keyakinan dalam hati Steven, negosiasi hari ini akan lancar.
"Silahkan duduk Steven .... anda ingin minum apa? Biar saya yang memesankan."
Jhosua, pria Jamaika berbadan besar dan tinggi tetapi sangat ramah.
"Terimakasih Mr.Jhosua ... saya akan minum apa yang akan anda berikan kepada saya."
"Hahahahaha ... kami penyuka kopi hitam. Apakah kamu juga suka kopi hitam?"
"Saya juga penggemar kopi hitam Mr.Jhosua."
Andre memanggil pelayan, dan memesankan segelas kopi hitam manis untuk Steven.
"Well ... Steven ... kita ngobrol santai saja. Jangan terlalu formal. Aku seorang perokok, Steven. Kalau kamu seorang perokok, jangan sungkan. Kita negosiasi sambil menikmati rokok dan kopi."
Sambil tersenyum Steven mengeluarkan rokok filter miliknya.
"Kita sepertinya sama Mr.Jhosua. Saya juga seorang perokok. Kopi tanpa rokok akan terasa hambar."
"Hahahaha ... aku suka itu. Aku sependapat denganmu... Ngomong-ngomong,Steven. Aku kemarin sudah mendapat bocoran data dari Mr.Lung, tentang kesanggupan pengadaan batubara dari perusahaanmu. Tapi untuk harga dan operasionalnya,dia mengatakan hanya kamu yang mempunyai wewenang."
"Benar Mr.Jhosua ... saya sudah membuat proposal penawaran harga per satuan kibik yang saya sesuaikan dengan harga pasar internasional. Disitu juga saya cantumkan besaran biaya opersional pengiriman. Silahkan diperiksa."
Jhosua menerima berkas yang di sodorkan Steven dan memberikan kepada Andre. Mereka memeriksa dan membacanya secara teliti. Sesekali Jhosua menelpon untuk mencocokkan datanya. Dan kemudian ada diskusi kecil antara Jhosua dan Andre.
"Ok Steven ... aku terima penawaran harganya, tapi ... bagaimana dengan biaya operasionalnya.... ? Terlalu berat kalau semua kami yang menanggungnya."
"Hhmmm ... berapa yang Mr.Jhosua inginkan?"
"50 - 50...."
"Mr.Jhosua ... kami juga terbentur dengan regulasi pemerintah. Selisih harga beli dengan harga jual kami sangat tipis, bagaimana kalau 30% kami yang menanggungnya."
"Hahahahaha ... well ... well ... aku suka caramu bernegosiasi Steven. Lugas tidak bertele-tele. Ok ... aku terima. Tapi bagaimana dengan komisi untukmu?"
"Oh ... sebelumnya saya ucapkan terimakasih banyak kepada Mr. Jhosua. Saya tidak berani menerimanya. Sebaiknya tidak usah dipikirkan komisi untuk saya." Steven lebih suka komisi itu dia dapatkan dari perusahaanny daripada dari perusahaan Jhosua. Akan banyak resiko yang akan dia tanggung kalau dia menerima komisi dari Jhosua
"Hahahahaha ... proyek ini nilainya sangat besar Steven. Kamu sungguh tidak ingin menerimanya?"
"Sekali lagi jangan dipikirkan Mr. Jhosua. Saya disini bertugas melayani anda, bukan untuk mendapatkan keuntungan pribadi."
"Hahahaha ... sangat beruntung Mr. Lung mempunyai orang kepercayaan sepertimu, Steven... Ok .. tapi apa yang akan kamu berikan kepadaku agar aku selalu ingat dengan kota Singapore ini? Yah ... anggaplah kamu memberikan kepada kami karena kotrak kita. Kami ingin sesuatu yang tidak mudah kami lupakan di Singapore ini."
"Apa saja yang Mr. Jhosua inginkan ... aku akan sediakan."
"Hahahaha .. Ok ... Steven ... sebelum aku menyebutkan keinginanku. Aku akan jujur kepadamu. Kami berlima adalah anggota klub swinger di tiga kota besar di dunia. New york, Sidney dan Bercelona. Kami berlima sangat menyukai pesta yang berbau erotisme. Kamu pasti tahu Steven ... tidak perlu aku jelaskan lebih terperinci. Lihatlah..! Foto dan video kami ..."
Jhosua membuka handphone miliknya. Steven terkesiap melihat foto dan video yang ditunjukkan kepadanya. Foto pertama menunjukkan aksi Jhosua sedang memasuki tubuh seorang wanita dengan ekspresi seperti tersiksa. Yang membuat dada Steven berdetak, ukuran tongkat phallus yang luar biasa. Panjangnya sekita 40cm dan besar.
Dan di video juga ditunjukkan pesta sex yang sangat liar, ada seorang wanita cantik berkulit gelap dengan memakai lingerine merah dan stocking merah, sedang di gangbang.
"Yang memakai lingerine merah ini istriku Steven ... dia anggota klub juga. Karena anggota klub harus mempunyai pasangan yang sah secara hukum."
"Ooohh ... ." Steven menganggukkan kepalanya.