☆ Eksekusi Gairah Seorang Istri
Matahari sudah tergelincir ke ufuk barat. Lampu dirumah Steven menyala secara otomatis. Mobilnya memasuki gerbang yang terbuka sendiri. Ada sebuah taksi yang mengikuti mobil Steven, hanya berhenti di luar gerbang dan pergi meninggalkan mereka setelah menurunkan tiga penumpangnya.
Enam pria itu berjalan mantap masuk ke dalam rumah besar dan mewah milik Steven dan Haida. Suasana sangat sepi, karena memang hanya Haida dan Steven yang menempati rumah itu.
Steven seperti buru-buru untuk menunjukkan kamar kepada Jhosua dan teman-temannya. Karena hampir satu jam dia meninggalkan Haida terikat di kayu salib. Dia tidak ingin Haida merasa tersiksa dengan ikatan itu.
"Mr. Jhosua ... kamar yang besar ini milik anda.... Jermain dan Andre bisa memakai kamar ini ... Damiun dan Ricardo kamu berdua memakai kamar yang itu. Aku minta maaf. Rumah kami hanya mempunyai empat kamar tidur. Tapi semua kamar mempunyai super double bed. Jadi bisa dipakai berdua."
Lima pria Jamaika itu masuk kedalam kamar yang sudah ditunjukkan Steven. Tidak lama, mereka keluar dengan tidak mengenakan pakaian secuilpun. Seperti bayi mereka telanjang bulat berjalan ke ruang tamu. Steven terlihat minder melihat senjata mereka yang menggantung di bawah perut. Miliknya hanya separo ukuran milik mereka. Apalagi milik Jhosua, mungkin milik Steven hanya sepertiga milik Jhosua.
"Steven ... dimana budak milikku?"
"Sabar Mr. Jhosua .. Dia ada di kamar itu."
Dia lalu mengeluarkan remote kecil berwarna hitam dari sakunya. Lalu menekan tombol super fast.
"Aaaaaaaaaahhhhh ..! I'm cumiiiiiiiiing."
Kelima pria Jamaika itu terpana dengan suara yang eksotis itu. Suara Haida karena melepas orgasme dirinya. Jhosua penasaran dengan remote ditangan Steven. Kembali Steven menekan tombol 'Jump' diremote itu.
"Aaaaaann..! Oooohhh ..! Nikmat ..aaaaahh ..uuuhh.."
Kemudian remote tadi diserahkan kepada Jhosua. Jari Jhosua menekan tombol 'Fast'.
"Aaaaaaaaaahh ..! My God ... My God ... My God ... I'm cumiiiiiing ...!"
Beberapa kali Jhosua memainkan remote itu untuk meyakinkan dirinya. Dan beberapakali teriakan dan lenguhan orgasme terdengar dari ruangan itu.
Rupanya, suara Haida membawa pengaruh pada lima orang ini. Phallus milik mereka sudah bereaksi menunjukkan pemiliknya sedang dilanda gairah. Senjata mereka sudah tegak berdiri, tegang, siap untuk digunakan.
Andre, Jermain, Ricardo dan Damiun yang sudah tidak sabar, masuk lebih dulu kedalam ruang keluarga. Dia meninggalkan Jhosua yang masih berbicara dengan Steven.
"Kamu sudah mengatakan semuanya kepada wanita itu,Steven?"
"Sudah Mr. Jhosua. Dia menyanggupinya. Tapi ada satu permintaan saya Boss."
"Permintaan apa ,Steven?"
"Tolong rekam aktifitas budak itu selama tiga atau empat hari di dalam rumah ini. CCTV rumah ini sudah saya matikan, supaya anda nyaman melakukan tema sexual dilingkungan rumah."
"Ok Stev......"
Kalimat Jhosua terpotong karena teriakan orgasme Haida. Steven tersenyum, Haida bisa menikmati permainan ini. Dia yakin, Haida sudah lama mengharapkan tema yang keras dan tidak memberi rasa kasihan kepadanya saat orgasme.
"Aaaah! ... Oooohh .. terus Master .. aaaahhh! ... God ... God ... I'm cumiiiiiiiing! ... ooooohh."
"Gila ..! Kelihatannya wanita itu sangat menikmati permainan mereka. Ok Stev....."
"Uuuuhhhh! ...My God ... i'm cumiiiiing ..uuuhh."
"Ok Steven ... aku penasaran dengan wanita itu. Sepertinya aku akan puas dengan pelayananmu. Aku tidak ingin bertele-tele. Kamu bisa ambil surat kontrak itu besok pagi."
Terlihat Andre keluar dari ruang keluarga dengan tubuh penuh dengan keringat. Bibirnya terlihat tersenyum puas. Dia duduk disamping Jhosua
"Gila .. budakmu cantik sekali Boss. Pintar Steven mencarikan hiburan untuk kita. Dia pasrah saja saat Damiun dan Jermain melakukan double penetrasi kepadanya. Padahal lubangnya masih sempit. Bersih sekali selakangannya, seperti artis foto model."
Kemudian Andre sangat antusias sekali berkata kepada Steven.
"Steven ... setelah ini, dia akan aku bawa ke Jamaika. Aku ingin dia menjadi istri keduaku."
"Dia sudah bersuami, Andre.... tidak bisa!"
"Suaminya pasti gila ... istri secantik itu dibiarkan menjual diri. Perempuan itu pantas menjadi artis atau ibu rumah tangga saja. Kalau menjadi istriku... aku akan bawa keliling menemui kelurgaku. Kecantikannya sangat pantas dipamerkan."
Ada sedikit perasaan cemburu dalam hati Steven mendengar kata-kata Andre. Memang, dia mengakui kecantikan Haida dan kepintaran Haida merawat tubuhnya membuat banyak pria mencuri pandang kepadanya. Para pria itu tidak tahu siapa Haida.
Hanya dia yang tahu keinginan Haida, dia yang membuat Haida menjadi binal dan liar saat memenuhi gairah sexualnya. Bagaimanapun sikap binal yang dilakukan Haida, Steven tetap menganggap Haida adalah istrinya. Dia sudah memberi kepercayaan kepada Haida untuk melakukan apa yang Haida Suka.
Ooohhhh! ... God !... My God! ... My God! ... i'm cumiiing!! ... uuuuuuhhhhh ....ooohh.
"Mr. Jhosua ... ini kamera saya, silahkan digunakan."
"Kamu tidak takut nanti ketahuan istrimu ?"
Steven menggelengkan kepalanya. Dia tidak ingin memberitahu lebih dulu, biar nanti mereka yang akan tahu sendiri. Dia melangkah keluar pintu rumahnya setelah berpamitan dengan Jhosua dan Andre. Dia meninggalkan rumahnya yang untuk sementara menjadi tempat ekseskusi Haida sebagai budak. Menjadi budak sex dirumah sendiri.
Sebelum menutup pintu, dia masih mendengar sayup-sayup suara lenguhan Haida yang seperti tersiksa. Suara kamufalse! .. karena Haida akan minta terus menerus untuk dipuaskan.
Jhosua mengunci pintu yang ditutup Steven. Dia penasaran dengan ucapan Andre tadi. Dia berjalan keruang keluarga, suara desahan dan lenguhan perempuan yang sedang menjemput orgasme semakin terdengar keras. Dia tidak bisa membayangkan apa yang dilakukan Damiun dan Jermain kepada perempuan itu.