☆ Gairah Di Depan Suami
Rumah besar milik pasangan Lee pagi ini sangat sepi. Walaupun hari ini ada lima pria Jamaika yang menginap disitu. Hanya suara denting gelas di dapur yang bersatu dengan ruang untuk makan.
Andre dengan tanpa mengenakan pakaian sedang membuat kopi untuk Jhosua dan teman-temannya. Dia membawa baki berisi gelas kopi keruang tamu, tempat teman-temannya sedang santai disana.
Tampak empat pria telanjang ada di ruang tamu. Jhosua, Ricardo, Jermain dan Damiun sedang duduk di sofa. Ekspresi mereka terlihat datar dan tidak ada suara dalam ruang tamu yang sejuk itu. Mereka semua masih shock dengan apa yang terjadi tadi malam. Ekspetasi mereka tentang pesta sex, menguap sudah.
Bukan kecewa dengan obyek seksual yang mereka dapatkan, tapi kenapa harus Haida yang disodorkan oleh Steven. Sedangkan Haida adalah istri Steven. Mereka berharap perempuan profesional yang tidak perlu mereka merasa sungkan untuk menikmati tubuhnya.
"Bagaimana Boss ...? Apakah kita akan berhenti sampai disini?" Damiun memeceh keheningan ruangan itu.
Jhosua nampak menghela nafas panjang, ada rona keraguan di wajahnya. Ragu apakah dia harus melanjutkan permainan ini untuk mengambil hadiah yang dijanjikan Steven karena kontrak yang dia tanda tangani, atau berhenti karena penghormatan dia kepada Haida sebagai istri dari rekan bisnisnya.
"Aku belum tahu ... Aku akan menunggu Steven, aku ingin tahu siapa Haida sebenarnya. Aku yakin, Haida itu istri sah Steven, kalian lihat di dinding tembok kamarnya, foto pernikahan mereka ada disitu. Hanya aku heran, bagaimana mungkin Haida bisa sangat menghayati perannya sebagai budak. Aku takut ... Haida melakukan itu karena paksaan Steven untuk meloloskan kontrak kerja itu."
Ricardo, Damiun dan Jermain saling bertatapan. Mereka setuju dengan ucapan Jhosua, mereka tidak ingin obyek sexual mereka, melakukan karena terpaksa. Mereka menyukai pesta seksual, tapi bukan para pria yang di butakan oleh keinginan sexual. Mereka hanya ingin permainan yang bisa dinikmati bersama. Permainan yang berakhir dengan kebahagiaan karena sama-sama menginginkannya.
"Tapi Boss ... saat aku membuka ikatannya di salib kayu kemarin, aku melihat Haida seperti wanita yang sangat kehausan. Dia yang memulai permainan, dia yang menyerang diriku. Seperti perempuan yang haus dan sangat menginginkan untuk segera dipuaskan."
Andre yang pertama memasuki tubuh Haida menceritakan apa yang dilakukan Haida kemarin. Dia sedikit membantah keraguan Jhosua.
"Benar ..! Seperti wanita binal." Jermain menambahi dan memperkuat argumen Andre.
"Bisa jadi Haida melakukan itu karena dicekoki obat perangsang oleh Steven. Karena aku melihat, gairah yang dia miliki tidak seperti gairah wanita pada umumnya. Jujur .... kemarin aku menduga dia akan menyerah setelah kalian setubuhi. Tapi apa yang terjadi ..? Didalam kamarnya ... dia seperti melupakan apa yang telah kalian lakukan pada tubuhnya. Gairahnya bangkit lagi dan dia yang memulai meminta diriku untuk memasuki tubuhnya."
Jhosua menceritakan apa yang terjadi didalam kamar tidur Haida.
"Hanya kelelahan yang mampu mengalahkan dirinya. Dia masih orgasme dalam keadaan tertidur. Baru sekali ini aku melihat kondisi perempuan seperti itu."
Andre,Damiun, Jemain dan Ricardo terpana mendengar cerita Jhosua. Mereka mengambil kesimpulan Haida minum obat perangsang untuk membangkitkan nafsu birahinya. Dan dugaan itu, mengarah kepada Steven yang memberikan Haida obat perangsang itu.
"Selanjutnya, kita harus bagaimana Boss?" Damiun penasaran dengan apa yang terjadi dengan Haida. Dia menyukai semua yang ada pada diri Haida, kecantikannya, tubuh indahnya, desahan dan lenguhannya hingga kebinalan Haida dia menyukainya. Tipe perempuan yang bisa mewujudkan fantasi sexual seorang pria. Tapi dia tidak suka kalau semua yang dilakukan Haida kemarin katena didorong oleh obat perangsang, dia hanya ingin perempuan yang bersetubuh karena saling membutuhkan.
"Kita tunggu Steven ... dia harus memberi penjelasan kepada kita."
Kling ..! Kling ..! Kling..! Kling ...! .....
Tap ..! Tap ...! Tap ..! Tap ...!
Semua menoleh kearah suara itu. Suara ketukan sepatu higheel dan denting lonceng dari arah lorong kamar tidur Haida. Ekspresi kagum terlihat dari wajah kelima pria itu saat Haida keluar dari balik tirai yang terbuat dari manik-manik.
"Woow ...."
"Cantik sekali ..."
"Bukan main ...."
"Oh my God ... seperti boneka ... indah sekali ..."
Ucapan lirih para pria itu mengagumi tubuh dan kecantikan Haida. Kehadirannya seketika membuat suasana erotis didalam ruang tamu itu.
"Selamat pagi Master ... aku siap melayani."
Mata kelima pria ini tidak berkedip melihat pemandangan tubuh Haida didepan mereka. Wajah cantik dengan bibir indahnya, dengan asesoris anting yang berkilau di telinganya. Rambut hitamnya yang lurus, dengan sedikit rambut yang tergerai di dahi. Tubuhnya yang mengkilat seperti berminyak hanya dilindungi dress tipis putih yang transparan sepanjang pahanya. Tidak bisa menutupi payudara yang kencang berukuran medium dan lonceng kecil yang terpasang di kelentitnya. Jalannya yang anggun ditunjang dengan higheel 14cm yang membuat sexy penampilannya.
"Selamat pagi Nyonya Lee ..." kelima pria itu serempak membalas salam dari Haida.
"Bagaimana Nyonya Lee ... nyenyak tidurmu?" Jhosua berbasa-basi dengan Haida.
"Sangat nyenyak sekali Master ... saya sangat menikmati tidurku tadi malam." Haida membalas dengan disertai senyum manisnya. Tidak ada wajah yang kelelahan disana. Tidak ada ekspresi ketakutan atau kekhawatiran setelah permainan kemarin. Yang terlihat wajah cantik yang segar dan siap dengan permainan berikutnya.
"Silahkan duduk Nyonya Lee ..." Andre bangkit berdiri menghampiri Haida untuk mempersilahkan duduk di sofa yang dia duduki tadi. Haida melangkah dibawah tatapan mata pria telanjang. Dia duduk diantara Jermain dan Ricardo, berhadapan langsung dengan Jhosua yang berada di seberang meja kecil. Seorang wanita cantik dengan tubuh sempurna bagaikan boneka duduk dengan anggun diantara lima pria yang telanjang bulat bagai bayi.
Sementara Andre berdiri disamping Jhosua. Tubuh kekarnya semakin sempurna dengan phallus yang menggantung di bawah perutnya.
Terlihat sorot mata yang berbinar dari ekspresi wajah Haida. Ekspresi wajah yang menyukai suasana erotis dalam ruangan itu. Tatapannya tidak lepas dari tongkat phallus milik Andre dan Jhosua. Monster phallus itu membuat Haida gelisah. Payudara dengan niple yang keras terlihat naik turun karena helaan nafas pemiliknya yang berusaha menahan gairah.
"Nyonya Lee ... sebentar lagi suamimu akan datang untuk mengambil surat kontrak yang telah aku tanda tangani. Apakah Steven memberitahu kepadamu tentang kontrak ini?"
"Benar Master Jhosua ... aku diberitahu Steven tentang kontrak itu. Karena semua yang dilakukan Steven selalu diceritakan kepadaku, termasuk permintaan Master untuk disediakan wanita penghibur selama Master ada di Singapore."
Jhosua kaget dengan ucapan dari Haida. Dia tidak mengira Steven sangat terbuka dengan istrinya. Dia belum membuka pembicaraan tentang permintaannya kepada Steven, tapi Haida sudah lebih dulu membahasnya. Komunikasi yang bagus untuk sebuah rumah tangga. Berarti, Haida sudah mengetahui apa yang akan dilakukan mereka disini.
"Anda benar Nyonya Lee ... aku memang meminta wanita penghibur untuk menemani kami. Tapi ... kami minta seorang wanita profesional kepada Steven."
"Steven tidak akan mampu, Master Jhosua. Dia bukan tipe pria yang bergaul dengan perempuan penghibur."
"Oh ..! " Jhosua mengangguk-anggukkan kepalanya. Dia sekarang mulai bisa melihat benang merah mengapa Haida yang disodorkan oleh Steven, rupanya Steven kesulitan dengan permintaannya.
"Nyonya Lee ... apakah anda juga tahu detail permintaan kami?"
Haida menganggukkan kepalanya dan tersenyum manis kepada Jhosua, pria yang telah memberi kepuasan sexual kepadanya tadi malam.
"Saya tahu semua Master ... anda meminta seorang wanita untuk menghibur anda dalam sebuah tema sexual. Dan tema yang anda inginkan adalah tema perbudakan. Anda menginginkan seorang budak sex yang bisa anda pakai berlima untuk sebuah permainan sexual. Anda sudah membeli tubuh saya dari suami saya, dan anda adalah tuan saya yang baru. Saya harus siap melayani semua permintaan Master .."
Kembali kelima pria Jamaika ini melongo, mereka tidak mengira Steven ternyata sudah menceritakan secara detail permintaan mereka dan Haida sangat antusias menyambutnya. Tidak ada keraguan dalam setiap ucapannya, dia tahu konsekwensi yanga akan ditanggungnya saat menjadi budak sex.
"Anda tahu semuanya Nyonya Haida ... tetapi, apa yang anda lakukan ini apakah karena anda dipaksa oleh Steven? ... Anda dipaksa memakai obat perangsang?"
Jhosua semakin penasaran dengan Haida. Dia ingin tahu apa yang terjadi dengan hubungan suami istri antara Haida dan Steven.
"Tidak ada paksaan Master Jhosua ... dan tidak obat perangsang yang aku minum, anda berlima dan tema sexual ini yang menjadi obat perangsang buat saya. Steven tidak pernah memaksa saya. Apa yang dia sukai, saya juga akan menyukainya. Apa yang dia inginkan, berdasarkan keinginan saya."
"Berati anda menyukai dan menginginkan permainan ini, Nyonya Haida .." Suara Jhosua penuh dengan tekanan. Terdengar seperti berbisik.
"Ya Master Jhosua .."
"Termasuk sebagai budak sex kami ..?"
"Ya ... Master."
"Sebagai pelacur kami ..?"
"Ya .. Master Jhosua."
Jhosua menghela nafas panjang. Dadanya berdetak kencang. Baru sekali ini dia berhadapan dengan seorang wanita cantik yang begitu penurut dengan suaminya. Menuruti semua keinginan suaminya, dan menjadikan keinginan suaminya menjadi sebuah keinginan untuk dirinya. Wanita yang begitu pasrah menyerahkan tubuhnya untuk sebuah fantasi sexual.
"Ok Haida ... permainan akan kita lanjutkan. Tetapi ... sebenarnya aku sangat menyayangkan, bagiku, kamu tidak pantas ada di permainan ini. Ricardo, Andre, Damiun dan Jermain sepertinya juga sama seperti diriku. Tidak ingin dirimu yang ada diposisi ini ... menurut kami, kamu tidak pantas untuk mendapat perlakuan kami didalam permainan ini."
"Karena kamu juga menerima dan menghayati peranmu sebagai budak sex kami, aku akan memberi hadiah uang kepadamu.....Anggaplah sebagai bayaran untuk membeli dirimu. Nanti aku kirim melalui aplikasi. 2 milyar rupiah apakah sesuai dengan hargamu, Haida..? Atau ... masih kurang?"
"Terimakasih Master Jhosua .. lakukan apa saja yang Master suka kepadaku ... aku akan berusaha melayani."
Jhosua bangkit dari duduknya dan berdiri. Membuat mata Haida menjadi berbinar melihat tongkat phallus milik Jhosua yang menggantung bebas di bawah perutnya. Pemandangan itu sudah cukup membuat gairah Haida terbakar. Membuat denyutan kencang di bagian tubuh paling sensitif Haida.