☆ Babak Kedua Di Hari Kedua
Matahari mulai tergelincir di ufuk barat, lampu-lampu rumah besar milik Haida dan Steven sudah mulai menyala secara otomatis. Andre nampak sedang sibuk didepan komputernya, dia sedang mengedit video sepanjang siang tadi. Ada satu permintaan Steven dari bagian perjanjian, steven menginginkan rekaman video semua aktifitas Haida selama mereka melakukan permainan ini.
Andre terlihat sangat menikmati pekerjaan ini. Selama mengedit video, dia selalu mengamati ekspresi wajah Haida. Dia sudah tertarik dengan Haida sejak awal pertemuan. Waktu itu dia tidak perduli siapa Haida, dia tidak perduli Haida di dapatkan dari tempat mana oleh Steven, apakah perempuan profesional yang rendah sekalipun.
Dia hanya merasa, wanita ini sangat cantik dan memancarkan aura sexual yang kuat, serta memancing fantasi sexual pada dirinya. Apalagi saat dia membuka ikatan sabuk di kayu salib saat itu, gairah binal Haida membuat dirinya serasa mendapatkan boneka permainan yang mampu mengikuti semua kehendaknya.
Benar-benar terpuaskan gairah dirinya saat memasuki tubuh Haida. Ekspresi wajahnya yang memelas saat orgasme rupanya hanya kamuflase belaka, dan bukan untuk dikasihani. Karena tubuh Haida selalu meminta perlakuan yang lebih keras untuk mendapatkan orgasme. Rintihan dan desahan dari bibirnya yang menjadikan suasana permainan menjadi lebih panas sehingga membuat gairah Andre menjadi tidak terkontrol.
Saat Andre tenggelam dalam kesibukkan di depan komputernya, kosentrasinya terganggu dengan suara denting lonceng dan ketukan higheel dilorong kamar Haida.
Kling! ... Kling! ... Kling! ......
Tap! .. Tap! ... Tap! ... Tap! ...
Andre mendongakkan kepalanya kearah sumber suara itu. Haida muncul dari balik tirai manik-manik yang membatasi lorong kamar tidur dengan ruang tamu.
Matanya terpana dengan pemandangan dihadapannya. Sungguh pemandangan yang indah dan akan sulit bagi pria untuk melupakannya. Tubuh sexy Haida terpampang di depannya, telanjang, hanya stocking nylon berwarnq hitam mengkilat yang melekat di kakinya. Tubuh yang sangat sulit dicari kelemahannya. Kecantikan dan tubuh indah Haida menjadikan Haida bagaikan sebuah karya seni.
"Hai ... Haida. Kamu hendak kemana, sayang?" Andre tidak berkedip menatap wajah dan tubuh Haida. Ada detakan aneh dalam dadanya saat memandang wajah cantik itu. Apalagi senyumnya ... membuat dirinya hanyut dan terkapar.
"Oh ... Master Andre. Aku hendak mengambil puding. Aku lapar Master." Perut Haida belum terisi sejak dia collapse siang tadi. Orgasme yang dia terima terus menerus siang tadi sangat menguras energinya.
Andre bangkit dari duduknya dan menghampiri Haida. Phallus miliknya menggantung dan terayun saat dia berjalan, membuat mata Haida menjadi berbinar. Phallus yang membuat dirinya orgasme berkali-kali.
"Oh iya ... tadi ada pesan dari Boss. Kamu ditunggu Boss dilantai dua, di balkon belakang. Tadi dia minum kopi disana."
Tubuh mereka sudah sangat dekat, nafas Andre terdengar memburu karena dorongan gairah dalam dirinya. Angin hangat dari hidung Andre menampar wajah cantik Haida.
"Haida ... kamu cantik sekali. Boleh aku menciummu?"
Haida mendongak menatap wajah pria didepannya, dia menganggukkan kepalanya tanda menerima. Bibir merahnya setengah terbuka, menantang untuk di lumat.
Bibir Andre melumat bibir indah itu, lidahnya menjelajahi rongga mulut Haida untuk mencari lidah Haida. Mereka saling melumat untuk saling memuaskan hasrat yang mulai terbakar.
"Uuggh .." Haida melenguh saat gairahnya mulai terbakar. Tangannya memeluk erat leher Andre seakan tidak ingin lepas dari tubuh kekar itu. Tubuh mereka saling menempel dan membuat tongkat phallus Andre mulai bereaksi.
"Kamu cantik sekali Haida. Seandainya kamu bukan istri Steven, aku akan menawarkan cintaku kepadamu."
Haida tertegun, tatapan matanya menembus mata hati Andre, mencari kejujuran disana. Ada perasaannyang sama, tetapi ada batas yang Haida tidak bisa melampauinya. Ada komitmen cinta yang harus dia jaga, walau Haida tidak bisa berbohong ,dia menyukai Andre.
"Jangan Master Andre !... walau aku juga merasakannya, tapi aku sadar posisiku. Aku saat ini menjadi obyek sexualmu ... aku tidak boleh mencintai dirimu. Walaupun aku merasakan kasih sayang dari kalian, aku disini sebagai budak sex kalian. Tapi ... Aku sangat menyukai kalian, Master."
"Cinta tidak harus memiliki ... walaupun dihatiku ada niat ingin memilikimu Haida .." Andre kembali mencium bibir Haida, ada perasaan sayang dalam hatinya yang ingin diungkapkan.
"Sudahlah Haida ... kamu sudah ditunggu Boss Jhosua diatas. Bawa saja makananmu keatas. Kamu makan saja disana!"
Haida menganggukkan kepalanya. Sebelum pergi dia menyempatkan mencium pipi Andre. Haida merasa ini bukan permainan tematik sexual, ini bukan hubungan antara budak sex dan pemiliknya. Haida merasakan ada cinta diantara mereka.
Haida melangkah menaiki tangga rumahnya menuju lantai atas, dia melempar senyum manisnya kepada Andre yang melambaikan tangan kepadanya.
Setiap kakinya melangkah, denting lonceng di kelentitnya berbunyi nyaring, bergaung di lorong tangga yang sepi. Dilantai dua Haida menebarkan pandangannya mencari keberadaan Jhosua. Nampak Jhosua sedang menikmati cigaretnya sambil menyeruput kopi. Sorot matanya menatap jauh ke kerlap-kerlip lampu yang menyinari kota Singapore. Dia duduk di kursi malas yang sering dipakai Haida dan Steven mencari udara segar setelah senam dan fitnes di ruangan sebelah. Tubuh kekarnya menonjolkan otot-otot tubuh, perut sicpacknya menandakan pemiliknya suka berolahraga. Jhosua tetap konsisten dengan tema pemainan, dia tetap telanjang selama didalam lokasi rumah ini.
"Selamat malam Master Jhosua .."
"Oh ... selamat malam Haida. Kemari !... duduk didekatku ..!"
Haida mendekat sambil membawa baki makanannya yang berisi susu kedelai dan puding. Matanya semakin berbinar melihat phallus milik Jhosua yang masih lemas tapi terlihat besar dan panjang. Denyutan di vagina semakin keras, puting payudaranya semakin kencang. Gairahnya mulai terbakar karena pemandangan itu.
Memang dalam permainan ini semua pria tidak boleh memakai pakaian secuilpun, hanya Haida yang boleh memakai pakaian. Jhosua yang meminta aturan permainan ini dari awal kepada Steven. Dia awalnya ingin permainan sexual yang liar dan brutal. Tapi setelah tahu, kalau Haida yang menjadi obyek sexualnya, Jhosua memberi kebebasan kepada Haida dan menurunkan definisi liar dan brutal dalam permainan ini.
Yang tidak disadari Jhosua adalah, justru pesta nudist ini yang membuat Haida menjadi liar. Dia menjadi mudah terbakar gairahnya karena melihat lima pria telanjang yang mondar-mandir didepannya. Haida tidak perlu obat perangsang untuk membangkitkan libido, dia hanya perlu secara visual melihat pria bertelanjang dada saja sudah membakar gairahnya, apalagi pria telanjang yang tongkat phallunya bergantungan seperti saat ini. Membuat bara api membakar birahinya.
Haida duduk dibangku disamping Jhosua, tubuhnya menghadap ke tubuh Jhosua yang bersandar di kursi malas. Denyutan di vagina semakin kencang saat matanya menatap tongkat phallus didepannya. Dia mencoba menenangkan dirinya dengan memakan puding dan meminum susu yang dia bawa.
"Kamu hanya makan puding Haida ..?" Jhosua heran dengan makanan yang dibawa Haida.
"Iya Master Jhosua."
"Kamu dari tadi siang belum makan,Haida. Kamu nanti sakit kalau belum makan."
"Saya terbiasa memakan puding kalau saat dalam permainan. Puding ini saya yang membuat sendiri,Master. Ini banyak mengandung serat, tidak banyak karbohidrat yang saya makan. Karbohidrat saya dapatkan dari susu kedelai hangat ini."