Malam itu, Maya duduk di teras rumah sambil menatap bulan yang menggantung di langit. Angin malam membawa aroma bunga melati dari taman kecil mereka. Di tangannya, sebuah buku terbuka, tetapi pikirannya melayang jauh ke arah Bagas. Pria itu telah membuat hatinya berdebar sejak pertama kali mereka bertemu di sebuah acara keluarga setahun lalu. Namun, hubungan mereka tidak pernah benar-benar berjalan mulus.
Bagas adalah pria sederhana yang bekerja sebagai tukang kayu. Meski dia memiliki keahlian yang luar biasa, keluarganya hidup pas-pasan. Orang tua Bagas merasa perbedaan status sosial mereka terlalu besar untuk dijembatani. Maya ingat betul bagaimana ibunya Bagas pernah berkata dengan nada dingin, "Kami tidak mau anak kami menikah dengan seseorang yang tidak membawa apa-apa selain beban."
Kata-kata itu terus terngiang di telinganya, dan Maya memilih menjauh dari Bagas, meskipun hatinya ingin berlari kembali ke pelukannya.
Di dalam rumah, Saraswati yang memperhatikan adiknya dari jendela merasa resah. Dia tahu Maya sedang memikirkan sesuatu yang berat. Keesokan paginya, Saraswati memutuskan untuk membicarakan hal ini dengan Arya.
"Mas Arya, aku khawatir dengan Maya," kata Saraswati saat mereka sarapan. "Dia masih memikirkan Bagas, tapi hubungan mereka tidak pernah berjalan lancar. Aku ingin membantu, tapi aku tidak tahu caranya."